Harga Minyak Turun Dua Persen, Khawatir Kabar dari China
Harga minyak mentah dunia terkoreksi pada Kamis (1/8/2024) setelah naik tajam pada Rabu (31/7) seiring kekhawatiran tentang permintaan yang lemah dari China.
IDXChannel – Harga minyak mentah dunia terkoreksi pada Kamis (1/8/2024) setelah naik tajam pada Rabu (31/7) seiring kekhawatiran soal pelemahan permintaan dari China.
Sentimen dari Negeri Tirai Bambu tersebut mengimbangi kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah pembunuhan seorang pemimpin kelompok militan Hamas di Teheran sehari sebelumnya.
Menurut data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent turun 1,80 persen ke posisi USD80,04 per barel pada Kamis. Pada Rabu, minyak Brent naik tajam 3,74 persen.
Sementara, minyak jenis WTI merosot 2,22 persen ke USD76,95 per barel pada Kamis usai meningkat 4,52 persen sehari sebelumnya.
Permintaan yang lemah dari China, yang merupakan importir nomor satu, menjaga harga minyak tetap terkendali, karena ekonomi negara tersebut terus mengalami kesulitan sementara Partai Komunis yang berkuasa menawarkan langkah-langkah stimulus yang terbatas.
"Fundamental minyak China terus menunjukkan kelemahan yang berlebihan yang diyakini banyak orang akan mereda pada akhir paruh pertama 2024. Meskipun harapan stimulus telah membawa sedikit optimisme relatif untuk rebound yang akan datang, fundamental minyak jangka pendek terus terlihat suram," kata RBC Capital Markets, dikutip MT Newswires, Kamis (1/8).
Di sisi lain, ancaman perang yang lebih luas di Timur Tengah memberikan dukungan terhadap harga. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bersumpah akan membalas dendam atas pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala sayap politik Hamas, dari serangan udara di Teheran pada Rabu.
Sementara Iran dan Hamas sama-sama menyalahkan Israel, yang sedang berperang dengan kelompok militan yang didukung Iran, Israel sejauh ini belum memberikan komentar.
"Jika pemboman rumah pemimpin Hamas yang dilaporkan terbukti merupakan kerja Israel, itu akan bertanggung jawab atas pemboman berturut-turut setiap hari di dua ibu kota, yang pertama adalah pembunuhan seorang pemimpin Hizbullah di Beirut. Inilah alasan utama harga minyak naik setelah mengalami beberapa sesi yang sangat negatif akhir-akhir ini, terutama karena data China yang buruk," tulis PVM Oil Associates. (Aldo Fernando)