Harga Minyak Turun Imbas Serangan Kilang Rusia dan Naiknya Cadangan AS
Harga minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent melemah pada perdagangan Rabu (27/3/2024).
IDXChannel - Harga minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent turun 0,53 persen di kisaran USD81,16 per barel dan 0,66 persen di level USD85,66 per barel pada perdagangan Rabu (27/3/2024), pukul 08.27 WIB.
Pada penutupan sesi sebelumnya, minyak mentah berjangka WTI ditutup turun 0,82 persen di sekitar USD81,28 per barel dan minyak Brent ditutup anjlok 1,67 persen di level USD85,3 per barel pada Selasa (26/3).
Minyak mentah kembali tertekan menyusul kenaikan 1,6 persen di sesi sebelumnya karena investor menilai dampak serangan Ukraina baru-baru ini terhadap kapasitas kilang Rusia. Sementara, dolar Amerika Serikat (AS) yang sedikit melemah memberikan beberapa dukungan bagi pasar minyak.
Pemerintah Rusia memerintahkan perusahaan-perusahaan minyak untuk mengurangi produksi mereka pada kuartal kedua tahun ini untuk memenuhi target OPEC sebesar 9 juta barel per hari. Sebelumnya, Rusia dilaporkan memproduksi sekitar 9,5 juta barel minyak per hari pada bulan Februari.
Dilaporkan sebelumnya, serangan Ukraina terhadap kilang minyak Rusia juga berdampak pada sekitar 12 persen kapasitas pengolahan minyak negara tersebut.
Namun, menurut perhitungan Reuters, jumlah kapasitas penyulingan minyak Rusia yang dihentikan akibat serangan pesawat tak berawak Ukraina adalah 14 persen dari total kapasitas penyulingan Rusia.
Perhitungan ini menunjukkan kapasitas penyulingan sebesar 900.000 barel per hari telah dihentikan karena serangan drone, kata Reuters pada Selasa (26/3).
Serangan ini menyasar antara lain mencakup kilang Norsi dan Volgograd milik Lukoil, serta kilang Kuibyshev dan Ryazan milik Rosneft.
Ukraina telah meningkatkan serangan drone terhadap kilang-kilang Rusia dalam beberapa pekan terakhir, yang telah mengurangi kapasitas kilang Rusia secara keseluruhan.
Ini berdampak pada berkurangnya produksi kilang Rusia, termasuk produksi bensin dan solar untuk pasar domestiknya sendiri.
Di Timur Tengah, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Meskipun para analis ragu bahwa resolusi tersebut akan menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal Laut Merah yang mengganggu jalur pasokan perdagangan utama tersebut.
Di tempat lain, investor menantikan laporan inflasi utama di negara-negara besar pada minggu ini sebagai petunjuk mengenai jalur kebijakan moneter global.
Selain itu, laporan terbaru menyebutkan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) naik minggu ini sebesar 9,337 juta barel untuk pekan yang berakhir 22 Maret, menurut The American Petroleum Institute (API).
API melaporkan penurunan persediaan minyak mentah sebesar 1,52 juta barel pada minggu sebelumnya.
Pada Selasa (26/3), Departemen Energi (DoE) AS melaporkan persediaan minyak mentah di Cadangan Minyak Strategis (SPR) naik 0,7 juta barel lagi pada tanggal 22 Maret. Persediaan sekarang mencapai 363 juta barel dan menjadi titik tertinggi sejak April lalu.
AS juga telah mendesak Ukraina untuk menghentikan serangannya terhadap kilang-kilang Rusia karena kekhawatiran bahwa pembalasan Rusia dapat mengakibatkan lonjakan harga minyak mentah.
Meningkatnya harga minyak mentah ini menyebabkan harga bensin di AS lebih tinggi dan akan menjadi masalah bagi presiden AS yang sedang menjabat pada tahun-tahun pemilu. (ADF)