Harga Nikel Tumbang Nyaris 2 Persen
Harga nikel berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) anjlok 1,76 persen di level USD19.710 per ton.
IDXChannel - Harga nikel berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) anjlok 1,76 persen di level USD19.710 per ton, terkoreksi dari level tertinggi sejak September 2023 pada Jumat (31/5/2024).
Sebelumnya, harga nikel dunia meroket 6,48 persen pada perdagangan Senin (20/5) di level USD21.080 per ton di LME. Secara bulanan, harga nikel sudah menguat 4,4 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sepanjang 2024, harga nikel telah naik 26 persen year-to-date (YtD) karena kekhawatiran gangguan pasokan.
Sebelumnya, harga nikel menguat didukung kekhawatiran gangguan pasokan, salah satunya disebabkan kerusuhan yang meletus di Kaledonia Baru, wilayah kepulauan yang dikuasai Prancis dan menyimpan sekitar 20-30 persen cadangan nikel dunia.
Sebelumnya Prancis mengumumkan keadaan darurat minimal 12 hari sejak 15 Mei lalu.
Kerusuhan politik terhadap pemasok nikel utama dunia tersebut ditambah dengan sanksi yang dikenakan terhadap nikel dari Rusia telah mendorong harga logam non-ferrous ini di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak September 2023.
Sementara itu, pertumbuhan kendaraan listrik pada kuartal pertama yang lebih lambat dari perkiraan, di mana industri ini menggunakan logam tersebut sebagai komponen baterai litium-ion, tetap membatasi harganya.
Pekan lalu, LME juga mengumumkan produk nikel dengan merek "DX-zwdx" yang diproduksi oleh CNGR Dingxing New Energy Co., Ltd dapat diperdagangkan di bursa perdagangan logam dasar terbesar dunia tersebut, pada 23 Mei 2024.
Pengumuman tersebut menandai produk nikel murni yang diproduksi di Indonesia telah memperoleh pengakuan secara global. Ini menjadikan nikel Indonesia sebagai yang pertama di Asia Tenggara yang dapat diperdagangkan di LME.
Pencapaian ini tidak hanya memperkuat pengaruh global industri nikel Indonesia, tetapi juga mendorong perkembangan industri nikel baik di Indonesia maupun Asia Tenggara.
Didirikan pada tahun 1877, LME telah menjadi pusat perdagangan logam dasar terbesar di dunia, memperdagangkan tembaga, aluminium, timbal, seng, nikel, dan paduan aluminium.
Harga resmi yang dipublikasikan setiap hari digunakan sebagai dasar penetapan harga kontrak logam fisik di industri. Harga dan inventarisnya mempunyai dampak signifikan terhadap produksi dan penjualan logam dasar di seluruh dunia.
Tahun lalu, Indonesia menambang 2,03 juta ton logam nikel yang mencakup lebih dari separuh produksi dunia. Saat ini RI mengekspor berbagai macam produk nikel, termasuk logam olahan dengan kemurnian yang memenuhi standar untuk pengiriman LME.
Bagi Indonesia, hal ini merupakan pembenaran atas kebijakannya yang memaksa penambang untuk beralih ke sektor hilir dengan melarang ekspor bijih nikel yang dimulai pada 2020.
Bagi LME, hal ini merupakan pendorong likuiditas yang baik karena mereka berupaya membangun kembali kontrak nikelnya setelah krisis 2022. (ADF)