Harga Sawit Anjlok, GAPKI Minta Segera Diatasi
Terkait anjloknya harga sawit, Sekretaris Eksekutif GAPKI Kalimantan Barat, Idwar Hanis menyebutkan bahwa harus secepatnya diatasi.
IDXChannel – Terkait anjloknya harga sawit, Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Barat, Idwar Hanis menyebutkan bahwa hal tersebut harus secepatnya diatasi dengan berbagai kebijakan dan langkah strategis yang tepat.
“Harga yang anjlok tentu berdampak besar bagi Kalbar. Kita tahu Kalbar sebagai salah satu sentra sawit di Indonesia. Yang menanam sawit bukan hanya perusahaan namun juga masyarakat sehingga harga yang jatuh sangat berdampak dengan ekonomi masyarakat,” katanya di Pontianak, pada Kamis (29/11).
Sejumlah dorongan kepada pemerintah untuk mengambil langka sudah disampaikan terutama kepada GAPKI Pusat. “Kami mendukung pemerintah untuk melakukan penyesuaian pungutan ekspor oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit CPO dan produk turunannya,” imbuhnya.
Idwar menjelaskan bahwa selama ini, setiap ton eskpor CPO dikenakan pungutan 50 dolar AS. Padahal, posisi harga CPO sudah di bawah 500 per ton dolar AS. Kondisi itu sangat mengkhawatirkan, terlepas dari faktor apa yang memengaruhi penurunan harga tersebut.
“Penghapusan pungutan ekspor adalah solusi jangka pendek sembari seluruh pihak terus berupaya meningkatkan daya serap pasar domestik dan memperluas pasar ekspor. Di dalam negeri sendiri, pelaku usaha perkebunan kelapa sawit juga harus terus meningkatkan produktivitas,” katanya.
Dirinya berharap kebijakan tersebut dapat segera menaikkan harga CPO di pasar internasional. Jika masalah harga tidak ditangani segera, dampak yang dikhawatirkan adalah pemutusan hubungan kerja dan berdampak negatif terhadap petani sawit.
"Kami doakan semoga dapat segera menaikkan harga dan memacu semangat petani yang sempat terkulai. Penurunan harga minyak sawit mentah ini berdampak langsung terhadap harga jual tandan buah segar (TBS) yang menjadi andalan petani untuk dijual kepada pabrik pengolahan minyak sawit," pungkasnya. (*)