MARKET NEWS

Harga Tembaga Anjlok 4 Persen, Ada Apa?

Maulina Ulfa - Riset 24/05/2024 09:55 WIB

Harga tembaga berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) anjlok 4,05 persen pada perdagangan Kamis (23/5/2024) di level USD10.419 per ton.

Harga Tembaga Anjlok 4 Persen, Ada Apa? (Foto MNC Media)

IDXChannel - Harga tembaga berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) anjlok 4,05 persen pada perdagangan Kamis (23/5/2024) di level USD10.419 per ton. Penurunan ini membuat harga tembaga mundur dari harga tertinggi sepanjang masa yang dicapai dua hari lalu.

Sebelumnya, harga tembaga sempat naik 2,07 persen di level USD10.889 per ton, level tertinggi baru alias new all-time high (ATH) pada perdagangan Selasa (21/5/2024).

Harga tembaga sempat berada di level terkuatnya, menguji kembali rekor tertingginya serta memperpanjang kenaikan baru-baru ini karena permintaan spekulatif memperbesar kekhawatiran akan kekurangan pasokan.

Namun, harga tembaga berjangka kembali turun tajam dari rekor tertinggi karena buruknya permintaan dalam waktu dekat membebani spekulasi yang memicu lonjakan logam dasar secara luas di bulan ini. 

Permintaan impor China yang merupakan konsumen tembaga terbesar di dunia, tetap pada tingkat yang rendah meskipun pasokan bijih tembaga cukup terbatas dan volume pengolahan tembaga yang rendah di industri penyulingan besar negara tersebut. 

Hal ini meningkatkan persediaan dan mendorong harga pengiriman dari gudang tembaga menjadi lebih rendah dibandingkan harga LME untuk pertama kalinya sejak pendataan dimulai pada 2017. Ini menunjukkan rendahnya permintaan fisik tembaga dari negara tersebut. 

Namun, pertaruhan spekulatif terhadap harga tembaga membuat kinerja komoditas logam ini tetap naik 25 persen sepanjang tahun ini. Ini karena peran penting tembaga dalam elektrifikasi dalam penyimpanan energi skala jaringan dan infrastruktur pusat data.

Sebelumnya, Beijing meluncurkan langkah-langkah kebijakan untuk menopang ekonomi dalam negeri yang berkaitan dengan industri dan perekonomian. 

ICSG memperkirakan pasar tembaga akan berakhir dengan surplus pada 2024 dan 2025, sementara rendahnya permintaan China sebelumnya meningkatkan persediaan nasional ke level tertinggi dalam empat tahun.

Analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan Selasa (21/5/2024) memperkirakan, harga tembaga diperkirakan akan mengalami beberapa volatilitas jangka pendek setelah melonjak ke rekor tertinggi dalam beberapa sesi terakhir, meskipun logam merah diperkirakan masih akan naik lebih tinggi tahun ini.

Pasokan tambang baru yang rendah, karena tingginya biaya untuk berkomitmen pada proyek-proyek baru mendorong para penambang raksasa melakukan aktivitas M&A dibandingkan proyek-proyek baru. Langkah ini ditandai dengan upaya kedua perusahaan raksasa tambang berbasis Australia, BHP untuk membeli Anglo American.

Analis Morgan Stanley memperkirakan kenaikan harga tembaga sebesar USD13.125 per ton untuk tembaga LME.

(YNA)

SHARE