Harga Tembaga Cetak Rekor, Intip Gerak Saham MDKA dan AMMN
Dua saham emiten tambang tembaga terapresiasi pada lanjutan sesi I, Rabu (22/5/2024), seiring komoditas logam acuannya menyentuh rekor anyar.
IDXChannel – Dua saham emiten tambang tembaga terapresiasi pada lanjutan sesi I, Rabu (22/5/2024), seiring komoditas logam acuannya menyentuh rekor anyar.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.36 WIB, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tumbuh 1,08 persen ke level Rp2.820 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp23 miliar dan volume perdagangan 8 juta saham.
Kendati cenderung downtrend sejak medio 2022, saham MDKA sedang berusaha kembali ke dalam tren penguatan sejak April 2024.
Secara teknikal, penembusan ke atas 2.830 akan membuat saham MDKA berpeluang menguji resistance selanjutnya di level 2.900 dan 2.930.
Selain MDKA, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menguat 0,71 persen secara harian ke posisi Rp10.575 per saham, dengan nilai transaksi Rp152 miliar dan volume perdagangan 14 juta saham.
Saham AMMN, yang kerap menembus rekor baru atawa all-time high (ATH) akhir-akhir ini, mencoba menjebol level 10.775 demi melanjutkan uptrend.
Diwartakan sebelumnya, harga tembaga berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) naik 2,07 persen di level USD10.889 per ton, level tertinggi baru alias new all-time high (ATH) pada perdagangan Selasa (21/5).
Harga tembaga berada di level terkuatnya, menguji kembali rekor tertingginya serta memperpanjang kenaikan baru-baru ini karena permintaan spekulatif memperbesar kekhawatiran akan kekurangan pasokan.
Sifat spekulatif dari penawaran tembaga mengangkat harga meskipun permintaan rendah dalam waktu dekat.
ICSG memperkirakan pasar tembaga akan berakhir dengan surplus pada 2024 dan 2025, sementara rendahnya permintaan China sebelumnya meningkatkan persediaan nasional ke level tertinggi dalam empat tahun.
Tren Bullish Tembaga
Analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan Selasa (21/5) memperkirakan, harga tembaga diperkirakan akan mengalami beberapa volatilitas jangka pendek setelah melonjak ke rekor tertinggi dalam beberapa sesi terakhir, meskipun logam merah diperkirakan masih akan naik lebih tinggi tahun ini.
Perpaduan antara fundamental permintaan-penawaran yang kuat dan perdagangan spekulatif yang sangat besar mendorong kenaikan yang luar biasa pada tembaga selama beberapa sesi terakhir.
Permintaan tembaga juga akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang di tengah dorongan global yang lebih besar terhadap energi hijau dan elektrifikasi. Ini terjadi di tengah tambang tembaga yang tidak akan mampu memenuhi peningkatan permintaan ini.
Pasokan tambang baru yang rendah, karena tingginya biaya untuk berkomitmen pada proyek-proyek baru mendorong para penambang raksasa melakukan aktivitas M&A dibandingkan proyek-proyek baru. Langkah ini ditandai dengan upaya kedua perusahaan raksasa tambang berbasis Australia, BHP untuk membeli Anglo American.
Analis Morgan Stanley memperkirakan kenaikan harga tembaga sebesar USD13.125 per ton untuk tembaga LME.
Morgan Stanley mengatakan pasar fisik tembaga kemungkinan lebih ketat dari perkiraan awal, terutama di tengah rendahnya persediaan AS dan lemahnya pengiriman China.
Meningkatnya popularitas kecerdasan buatan (AI) dan besarnya kebutuhan energi industri juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan tembaga. Tembaga memainkan peran penting dalam infrastruktur transmisi listrik.
“Kami tetap bullish pada tembaga karena tantangan pasokan yang terus-menerus memperlebar defisit kami pada 2024, yang tampaknya akan terus berlanjut hingga 2025. Penurunan permintaan dan narasi dari pusat data/AI juga akan meningkatkan partisipasi, dengan posisi beli yang meningkat,” tulis analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan.
Diketahui China adalah importir tembaga terbesar di dunia, dan perekonomiannya diperkirakan akan pulih pada 2024 berkat dukungan stimulus berkelanjutan dari Beijing.
Skenario seperti ini diperkirakan akan meningkatkan selera negara terhadap tembaga, meskipun pelemahan di pasar properti mungkin membatasi permintaan tembaga.
Dilaporkan sebelumnya, Beijing mengumumkan akan membeli persediaan perumahan yang tidak terjual untuk membatasi gagal bayar bagi pengembang yang mengalami kesulitan, dan menambah stimulus infrastruktur melalui penerbitan utang jangka panjang yang baru. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.