MARKET NEWS

Hindenburg Tuduh Perusahaan Miliarder Rusia Ini Manipulasi Harga Saham

Jujuk Ernawati 21/08/2023 10:56 WIB

Hindenburg Research menerbitkan laporan terbaru pada Selasa (15/8/2023), menuduh perusahaan miliarder Rusia melakukan manipulasi saham.

Hindenburg Tuduh Perusahaan Miliarder Rusia Ini Manipulasi Harga Saham. Foto: Reuters

IDXChannel - Hindenburg Research menerbitkan laporan terbaru pada Selasa (15/8/2023), menuduh Freedom Holding Corp melakukan serangkaian aktivitas ilegal, seperti memanipulasi harga saham hingga penipuan. 

Freedom Holding adalah perusahaan jasa keuangan yang berkantor di Kazakhstan dan terdaftar di Nasdaq. Pendiri Freedom adalah Timur Turlov

Pria 35 tahun ini masuk dalam daftar miliarder Forbes sejak 2021. Kekayaannya berdasarkan data Real Time Billionaires Forbes tercatat sebesar USD3,8 miliar. 

Pada 2021, Forbes menyoroti kenaikan harga saham Freedom Holding dan beberapa masalah terkait pendirian perusahaan tersebut. 

Menurut Hindenburg Research, Freedom Finance, pialang saham perusahaan diduga telah menghindari sanksi Amerika Serikat (AS) dan Eropa sejak invasi Rusia ke Ukraina dengan menawarkan layanan kepada pelanggan di Rusia, termasuk klien perusahaan yang ditargetkan khusus untuk penegakan sanksi.

Hindenburg Research juga menuduh Freedom Holding Corp. 'menciptakan pendapatan', memanipulasi harga sahamnya sendiri, dan mencampuradukkan dana pelanggan. 

"Secara keseluruhan, Freedom Holding telah menunjukkan serangkaian peringatan yang mengejutkan terkait dengan hampir setiap kategori penyimpangan keuangan yang layak untuk diselidiki," tulis Hindenburg Research, dikutip dari Forbes.

Saat laporan tersebut diterbitakan, saham perusahaan ditutup turun 3,2%, meninggalkannya dengan kapitalisasi pasar hampir USD4,4 miliar. Turlov memiliki lebih dari 70% saham, yang berarti harga saham perusahaan kurang rentan terhadap sentimen investor umum.

Sementara pihak Freedom Holding telah membantah tuduhan tersebut.

"Tuduhan dalam laporan Hindenburg tidak berdasar," kata juru bicara perusahaan.

"Freedom Holding dan anak perusahaannya terus memberikan semua pengungkapan yang diperlukan kepada regulator dan investor, yang dapat meninjau formulir 10-K kami yang baru diajukan dan laporan keuangan yang telah diaudit di situs web kami," imbuhnya.

Freedom Holding Corp telah menghadapi banyak tantangan dalam setahun terakhir. Auditor perusahaan sebelumnya, sebuah perusahaan kecil yang berbasis di Utah bernama WSRP LLC, dijatuhi sanksi pada Desember tahun lalu oleh Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik karena gagal menanyakan tentang tujuan bisnis dari transaksi pihak terkait.

Freedom Holding juga harus menyatakan kembali pendapatannya pada 2022 dan tiga laporan triwulanan yang berbeda (kuartal IV-2021, serta kuartal II dan III-2022). Nasdaq bahkan mengancam akan menghapus saham (delisting) perusahaan tersebut sejak 15 Juni tahun ini.

Ketika Forbes pertama kali melaporkan tentang Freedom lebih dua tahun yang lalu, keuntungan pasar saham perusahaan yang meroket telah membuat pendiri dan CEO Turlov, milenial kelahiran Rusia ke dalam jajaran miliarder. Perusahaannya terdaftar di Nasdaq pada Oktober 2019. 

"Saya telah bertekad untuk menjadikan (Freedom Holding)perusahaan publik yang akan cukup baik untuk diperdagangkan di (Bursa AS) Karena itulah puncak dari bisnis ini," ujarnya kala itu.

Sementara mantan karyawan dan analis Freedom Finance berbicara kepada Forbes tentang kesan dan pengalaman mereka bekerja di Freedom Finance. Beberapa klaim yang dikuatkan baru-baru ini dibuat oleh Hindenburg Research, sementara yang lain mengungkapkan hal baru tentang budaya kerja perusahaan dan lingkungan yang toxic.

"Mereka datang seperti koboi, koboi liar. Mereka terutama mencari dana hitam, dana gelap, dana yang tidak dilaporkan, untuk menyedot ke pasar saham seperti yang sebelumnya mereka lakukan dengan sangat sukses di Rusia," kata mantan eksekutif Freedom yang bekerja di Dubai, beberapa minggu lalu. 

"Begitu Anda masuk ke dana yang tidak dilaporkan, itu bisa apa saja, terutama di pasar seperti Dubai. Bisa uang teroris, bisa uang sindikat kriminal. Semuanya campur aduk," imbuh sumber tersebut, yang mengaku bahwa gajinya selama delapan bulan belum dibayar.

(RNA)

SHARE