MARKET NEWS

IHGS Berpotensi Sideway di Awal Pekan Depan, Negosiasi Tarif AS Bakal Jadi Sorotan

Dinar Fitra Maghiszha 27/07/2025 08:20 WIB

IHSG diperkirakan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat pada kisaran level 7.450–7.650 pada awal pekan depan, Senin (28/7/2025).

IHGS Berpotensi Sideway di Awal Pekan Depan, Negosiasi Tarif AS Bakal Jadi Sorotan. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat pada kisaran level 7.450–7.650 pada awal pekan depan, Senin (28/7/2025).

Proyeksi ini muncul setelah IHSG naik 3,17 persen, menembus psikologis 7.500 pada periode 21–25 Juli 2025. 

Riset Phintraco Sekuritas mencatat pelaku pasar menyoroti kelanjutan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah negara mitra.

>

Sementara secara teknikal IHSG membentuk golden cross di area jenuh beli atau overbought dalam indikator Stochastic RSI. Volume yang relatif rendah membawa potensi konsolidasi.

“Sehingga IHSG pada pekan depan diperkirakan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat pada kisaran 7.450-7.650,” tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, Sabtu (26/7/2025).

Para pelaku pasar disebut bakal mencermati sejumlah agenda penting dari mancanegara, seperti lanjutan negosiasi dagang AS-China di Stockholm pada 28–29 Juli, kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Skotlandia, serta pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 29–30 Juli 2025.

Khusus agenda FOMC, pasar akan menantikan kejelasan arah suku bunga acuan The Fed di tengah sinyal perlambatan ekonomi global. 

“Pada kunjungan ke Skotlandia, ada potensi akan ada negosiasi lanjutan antara AS dengan Inggris mengenai tarif impor 25 persen atas produk baja dan aluminium dari Inggris,” jelasnya.

Pada perdagangan Jumat (25/7/2025), IHSG ditutup naik 0,17 persen ke level 7.543,5 setelah bergerak fluktuatif di zona hijau dan merah sepanjang sesi. 

Penguatan tersebut terjadi meski mayoritas indeks saham kawasan Asia cenderung melemah di tengah kekhawatiran pasar terhadap meningkatnya tensi geopolitik di Asia Tenggara, khususnya antara Thailand dan Kamboja.

Analis menilai peningkatan konflik antara Thailand dan Kamboja memberi tekanan terhadap ekonomi keduanya yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.

Dalam situasi pasar yang masih diliputi ketidakpastian tersebut, Phintraco Sekuritas merekomendasikan saham-saham di antaranya PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE