MARKET NEWS

IHSG Amblas 1,83 Persen Pagi Ini, Ini Deretan Biang Keroknya

Melati Kristina - Riset 26/09/2022 10:06 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pagi ini seiring dengan anjloknya harga saham emiten-emiten big capsTanah Air yang menjadi penopang IHSG.

IHSG Amblas 1,83 Persen Pagi Ini, Ini Deretan Biang Keroknya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Saham emiten-emiten big caps anjlok berjamaah pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (26/9) di tengah melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini.

Adapun menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.37 WIB, mencatatkan, harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dibuka melemah hingga minus 3,79 persen pada sesi I pagi ini menjadi Rp254/saham. Ini menjadi emiten dengan kontraksi terdalam di banding emiten big caps lain yang kompak memerah pada Senin pagi.

Selain GOTO, saham emiten teknologi lainnya yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) juga mencatatkan penurunan harga saham hingga minus 2,38 persen menjadi Rp1.640/saham.

Menyusul EMTK, PT Astra International Tbk (ASII) juga anjlok hingga minus 3,15 persen. Sedangkan harga saham emiten otomotif ini terkoreksi menjadi Rp6.925/saham.

Menyusul ketiga big caps tersebut, saham emiten bank PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BBNI juga merosot hingga minus 2,50 persen menjadi Rp8.775/saham.

Tak hanya BBNI, dua emiten bank lainnya juga ambles pada perdagangan pagi ini. Emiten bank yang ambles pada pembukaan sesi I, Senin (26/9) yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sebagaimana dilansir dari BEI, harga saham BMRI merosot hingga minus 1,90 persen menjadiRp9.025/saham. Sedangkan saham BBCA terkontraksi hingga minus 0,60 persen menjadi Rp8.325/saham.

Selain saham-saham di atas, saham big caps lainnya seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ikut terkoreksi pada sesi I, perdagangan Senin (26/9), masing-masing yakni anjlok di minus 1,04 persen dan minus 0,46 persen.

Adapun harga saham emiten komunikasi TLKM merosot menjadi Rp4.360/saham dan emiten consumer goods UNVR turun menjadi Rp4.760/saham.

IHSG Dibayangi Sentimen Negatif

Menyambut pekan, IHSG anjlok di awal perdagangan, Senin (26/9/2022). Merosotnya IHSG melanjutkan penurunan pada Jumat pekan lalu (25/9) dan di tengah memerahnya bursa Asia seiring sentimen negatif yang masih membayangi.

Menurut data BEI, pukul 09.50 WIB, IHSG turun 1,83 persen ke 7.047. Nilai transaksi pasar pagi ini mencapai Rp4,78 triliun dan volume perdagangan 10,44 miliar saham.

Sebanyak 110 saham naik, 421 saham turun, dan 127saham stagnan.

Saham-saham big cap menjadi sasaran jual investor. Sebut saja, empat raksasa perbankan, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,30%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melorot 0,89%.

Nama lainnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ambles 1,90% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok 2,50%.

Sebelumnya, pada Jumat,  IHSG ditutup turun 0,56%.

Dengan ini, IHSG melemah 1,87% sepekan, turun 1,00% dalam sebulan. Namun, sejak awal tahun (ytd), IHSG melesat 7,33%.

Dari regional, indeks Nikkei 225 (Tokyo) turun tajam 1,97%, Indeks Strait Times (Singapura) merosot 0,77%, KOSPI (Korea Selatan) turun 2,36%, dan TOPIX (Jepang) tergelincir 1,99%.

Tidak semua bursa Asia melemah. Indeks Hang Seng (Hong Kong) dan Shanghai Composite, misalnya, masing-masing naik 0,36% dan 0,23%.

Dari kawasan Asia, ada beberapa data penting yang akan dirilis pekan ini. Bank sentral India, sebut saja, dijadwalkan akan mengadakan rapat membahas kebijakan moneter dan suku bunga acuan pada pekan ini.

Kemudian, China akan merilis data aktivitas pabrik (PMI manufaktur) pada Jumat (30/9).

Dari eropa, akan ada sejumlah data soal inflasi yang akan dipublikasikan pada minggu ini, misalnya, Jerman, Prancis, Uni Eropa, dan Italia.

Negara-negara tersebut diramal masih akan mengalami kenaikan inflasi per September. Contoh saja, inflasi tahunan Uni Eropa diprediksi akan menembus 9,6% pada September, dari bulan sebelumnya 9,1%.

Minggu lalu, aksi galak bank sentral soal suku bunga menyisakan kewaspadaan di pasar.

Pada Kamis pekan lalu waktu Indonesia (22/9), bank sentral AS (The Fed) resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) atau 0,75 persen, menjadi di kisaran 3,00 persen-3,25 persen. Angka ini merupakan level tertinggi sejak 2008.

Persentase tersebut sekaligus menunjukkan adanya tren lonjakan Fed funds rate ketiga kalinya sebagai langkah agresif dalam menjinakkan inflasi. Sebelumnya, Fed funds rate berada di level 2,25 persen-2,50 persen.

Kebijakan baru ini juga mencatat Fed telah mengerek suku bunga sebesar 300 basis poin atau 3 persen hanya dalam enam bulan terakhir.

Langkah The Fed diikuti pula dengan Bank Indonesia di hari yang sama.

BI memutuskan untuk mengerek suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar basis poin 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen dalam pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2022.

Keputusan kenaikan tersebut di luar ekspektasi ekonom.

Menurut jajak pendapat Reuters selama 13-19 September, 27 dari 30 ekonom mengharapkan BI akan menaikan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 4,00% pada RDG.

Tiga ekonom lainnya memperkirakan kenaikan 50 bps. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE