IHSG Berpotensi Cerah di Oktober, Analis Bidik Level 8.200-8.300
September yang kerap jadi bulan suram bagi pasar modal justru menjadi panggung unjuk gigi bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
IDXChannel – September yang kerap jadi bulan suram bagi pasar modal justru menjadi panggung unjuk gigi bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menikmati tren kenaikan sepanjang bulan dan berulang kali menorehkan rekor tertinggi (ATH) baru.
Menurut data BEI, IHSG sudah menguat lebih dari 3,5 persen sepanjang September hingga Senin (29/9/2025) pukul 15.27 WIB. Indeks acuan ini kini bertengger di level 8.110, setelah sempat menembus rekor 8.169 pada 24 September 2025.
Sepanjang tahun berjalan, IHSG tercatat melesat 14,55 persen berkat rebound tajam dari fase kritis pada Februari-April lalu di tengah isu perang dagang Amerika Serikat (AS) dan turunnya minat investor asing terhadap pasar saham domestik.
Sementara itu, jika melihat data historis, IHSG sejauh ini sukses menghijau pada September setelah tiga tahun berturut-turut melemah di bulan yang sama pada 2022-2024.
Padahal, September dikenal sebagai bulan ‘bearish’ bagi IHSG. Sejak 2016 hingga 2025, indeks hanya mampu menguat tiga kali di September, sementara di tahun-tahun lainnya cenderung melemah.
Founder WH Project William Hartanto menilai IHSG masih berpeluang mencetak rekor baru dalam waktu dekat. Ia pun mulai menyoroti outlook indeks di Oktober.
“Mampu menembus ATH, pengujian 8.000 akan segera selesai dan sentimen-sentimen negatif mulai priced in,” ujarnya, Senin (29/9/2025).
Ia menambahkan, “Sehingga IHSG akan mulai bottoming di pekan ini (menutup bulan September), target IHSG berada pada 8.200-8.300.”
Secara historis, kinerja musiman IHSG di Oktober tergolong positif. Dalam periode 2015–2024, indeks ini mencatat probabilitas penguatan hingga 80 persen dengan rata-rata imbal hasil sekitar 1,58 persen.
Optimisme investor atas kebijakan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed) turut mengerek indeks saham ke rekor tertinggi belakangan ini.
Pada 17 September 2025, BI di luar ekspektasi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75 persen, level terendah sejak akhir 2022.
Maybank kini memperkirakan, sebagaimana dikutip Reuters, BI akan memangkas suku bunga acuannya lagi sebesar total 125 basis poin hingga 2026 menjadi 3,50 persen, lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya 4 persen.
Maybank juga menyoroti pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo tentang komitmen BI bekerja sama dengan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk kesepakatan membantu pendanaan sejumlah program pemerintah.
Sementara itu, Ekonom Barclays Brian Tan memprediksi BI akan menurunkan suku bunga acuan ke level 4,25 persen tahun ini, dengan peluang pemangkasan lebih lanjut mengingat sikap BI yang “total pro-pertumbuhan”. Sebelumnya, Barclays memperkirakan suku bunga bakal berhenti di 4,75 persen.
Sementara, dikutip dari Reuters, pada 18 September, Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers menyampaikan bahwa bank sentral AS menurunkan suku bunga acuannya sebesar seperempat poin menjadi 4,00-4,25 persen.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemangkasan lebih lanjut kemungkinan akan dilakukan pada pertemuan Oktober dan Desember. Powell menegaskan bahwa pelemahan pasar tenaga kerja kini menjadi perhatian utama dirinya dan para pembuat kebijakan lainnya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.