IHSG dan Rupiah Kompak Rebound Meski Dibayangi Perang Dagang yang Meluas
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak menguat. Meskipun perang dagang terus membayangi.
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak menguat. IHSG ditutup menguat 0,62 persen ke level 7.073,459 setelah sempat mencapai level tertingginya 7.125 pada Selasa (4/2/2025).
Penguatan IHSG sejalan dengan gerak bursa di Asia yang ditutup di zona hijau. Meskipun dua bursa di China seperti Shenzhen dan Shanghai parkir di zona merah.
Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan penguatan IHSG terjadi sebagai dampak lanjutan dari keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menunda kebijakan kenaikan tarif di dua negara, yakni Kanada dan Meksiko.
Manuver yang dilakukan Trump membuat pasar keuangan global berubah dengan sangat cepat. Dari yang awalnya berada di zona merah, berbalik melaju ke zona hijau.
"Walaupun menguat, pelaku pasar masih yakin bahwa perang dagang belum berakhir. Bahkan Ekuador justru akan memberlakukan kenaikan tarif 27 persen ke Meksiko. Apalagi Amerika Serikat juga masih memberlakukan kenaikan tarif 10 persen untuk China," kata Gunawan, Selasa (4/2/2025).
Dia menyebut pelaku pasar melihat perang dagang saat ini belum sepenuhnya seperti kampanye Trump sebelumnya.
"Kebijakan proteksionis ini juga berpeluang untuk menyebar ke negara lain yang dinilai merugikan bagi negara mitra dagang lainnya," tutur dia.
Di sisi lain, nilai tukar mata uang rupiah ikut menguat di level Rp16.340 per dolar AS. Gunawan mengatakan penguatan kinerja pasar keuangan di tanah air sejauh ini merupakan respons dari pelemahan yang terjadi sehari sebelumnya dan dinamika pasar yang cepat berubah.
“Seiring dengan dinamika kebijakan yang juga berubah-ubah, pelaku pasar akan lebih sering alami kejutan yang tak terduga selama perang dagang berlangsung," kata dia.
Di sisi lain, harga emas pada perdagangan Selasa (4/2/2025) sore melemah di level USD2.817 per ons troy atau sekitar Rp1,48 juta per gram. Harga komoditas khususnya emas masih diuntungkan dengan dinamika geopolitik dan geoekonomi belakangan ini.
"Emas masih relative lebih kuat dalam berhadapan dengan ketidakpastian dibandingkan dengan produk keuangan lainnya," kata Gunawan.
(Febrina Ratna Iskana)