MARKET NEWS

IHSG Diprediksi Kembali Melemah Usai Turun ke Bawah 7.000

Rahmat Fiansyah 15/01/2025 06:30 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali melemah pada perdagangan Rabu (15/1/2025).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali melemah pada perdagangan Rabu (15/1/2025). (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali melemah pada perdagangan Rabu (15/1/2025). Hal ini seiring pergerakan indeks yang menjebol support psikologis di level 7.000 poin.

Pada perdagangan kemarin, indeks ditutup melemah 0,86 persen ke 6.956,66 poin. Dengan pelemahan ini, IHSG berpeluang kembali melemah di kisaran 6.900.

Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan mengatakan, secara teknikal, indikator MACD cenderung mendatar dengan Stochastic RSI mendekati area oversold.

"Kami memperkirakan IHSG dapat terkonsolidasi pada support 6.900-6.930," katanya dalam riset.

Valdy berharap keputusan Bank Indonesia (BI) soal suku bunga acuan dan data pertumbuhan kredit dapat menahan pelemahan IHSG lebih dalam. BI diperkirakan kembali mempertahankan suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR) di level 6 persen dengan deposit rate sebesar 5,25 persen dan lending rate sebesar 6.75 persen.

"Sejalan dengan hal ini, pertumbuhan kredit di Desember 2024 diperkirakan masih tumbuh double digit (10 persen) meskipun perekonomian global serta nilai tukar Rupiah belum mendukung," kata Valdy.

Valdy menilai, terdapat peluang bahwa penurunan harga saham bank-bank berkapitalisasi besar tersebut sudah merefleksikan sejumlah isu yang dikhawatirkan berdampak negatif ke kinerja bank. Isu dimaksud di antaranya kebijakan hapus tagih dalam PP No. 47 tahun 2024 dan kewajiban bank dan lembaga non keuangan untuk mendanai proyek hilirisasi.

Dari global, Dow Jones Index Average (DJIA) melanjutkan penguatan sebesar 0,52 persen setelah pasar merespons positif data Producer Price Index (PPI) sebesar 3,3 persen di Desember 2024 yang lebih rendah dari perkiraan 3,5 persen.

"Selanjutnya, pasar mengantisipasi indikator inflasi lain yaitu Consumer Price Index (CPI). Sayangnya, CPI diperkirakan meningkat 20 bps ke 2,9 persen di Desember 2024. Kenaikan CPI akan memperkuat keyakinan pemangkasan suku bunga acuan lebih sedikit oleh the Fed," katanya.

Dari pasar komoditas, harga minyak bumi mengalami pullback lebih dari 1 persen setelah muncul proyeksi peningkatan produksi minyak AS. Kondisi ini terjadi pasca mencatat penguatan signifikan pada awal pekan.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE