IHSG Kembali Turun Tajam, Ini Biang Keroknya
IHSG kembali memerah pada Rabu (3/5) seiring merosotnya saham-saham yang jadi pemberat hingga sentimen negatif.
IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memerah pada perdagangan Rabu (3/5) seiring merosotnya saham-saham yang menjadi pemberat hingga sejumlah sentimen negatif.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (3/5) pukul 10.55 WIB, IHSG merosot 1,10 persen ke level 6.787. Di samping itu, melemahnya IHSG juga diiringi oleh saham-saham batu bara big cap yang menjadi pemberat.
Tercatat, dua saham batu bara, PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) ambruk kena auto reject bawah (ARB) 7 persen dan menjadi pemberat IHSG pada periode ini.
Menurut data BEI pada periode yang sama, PTBA sahamnya anjlok 6,99 persen menjadi Rp3.590/saham, disusul saham UNTR yang ambles 6,97 persen ke level Rp25.025/saham.
Selain itu, indeks LQ45 juga ikut merosot sebesar 1,43 persen pada periode ini diikuti sejumlah saham big cap, seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan net sell jumbo dalam sehari.
Data BEI per Selasa (2/5) mencatat, TLKM dan BBCA dilego investor asing dalam jumlah jumbo masing-masing sebesar Rp201,8 miliar dan Rp91,8 miliar.
Selain saham-saham yang disebutkan di atas, sejumlah indeks saham juga ikut merosot pada periode ini.
BEI mencatat, indeks yang merosot signifikan di antaranya adalah IDX Infrastructure (minus 1,67 persen), IDX Energy (minus 1,61 persen), IDX Transport (minus 1,53 persen), dan Infobank15 (minus 1,20 persen).
Tak hanya sentimen dalam negeri, merosotnya IHSG juga dipengaruhi oleh sejumlah sentimen dari kondisi makroekonomi global.
Analis pasar modal Hans Kwee menyebutkan, saat ini pasar tengah khawatir terhadap krisis perbankan Amerika Serikat (AS) menyusul terjadinya kegagalan Firs Republic Bank.
Selain itu, pelaku pasar juga tengah khawatir akan potensi kehabisan uang pemerintah AS karena belum dinaikkannya plafon utang negara tersebut.
“Data lapangan kerja AS juga menurun mengindikasikan perlambatan ekonomi, bila The Fed masih terus menaikkan suku bunga, ekonomi AS bisa masuk jurang resesi. Ini yang ditakutkan pasar,” kata Hans kepada IDX Channel, Rabu (3/5).
Sementara, Pengamat pasar modal sekaligus Founder WH Project William Hartanto berpendapat, melemahnya IHSG pada periode ini juga disebabkan oleh kegagalan IHSG menembus resistance 6.950.
“Ini mendorong kepanikan pasar yang meyakini Sell in May sedang terjadi,” pungkas William dalam wawancara dengan IDX Channel, Rabu (3/5).
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.