MARKET NEWS

IHSG Lesu di Awal Juli, Intip Penyebab dan Proyeksinya

TIM RISET IDX CHANNEL 02/07/2025 10:25 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali Juli dengan koreksi, melanjutkan tren pelemahan bulan sebelumnya.

IHSG Lesu di Awal Juli, Intip Penyebab dan Proyeksinya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali Juli dengan koreksi, melanjutkan tren pelemahan bulan sebelumnya.

Sentimen negatif datang dari kombinasi pelemahan kinerja emiten perbankan, ketatnya likuiditas akibat derasnya aksi korporasi, serta tekanan teknikal yang belum mereda. Tekanan ini diperparah oleh aksi jual investor asing yang masih terus berlangsung.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (2/7/2025), pukul 10.12 WIB, IHSG turun 0,24 persen ke level 6.899,00. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp3,63 triliun dan volume perdagangan 10,46 miliar saham.

Sebanyak 319 saham melemah, 236 saham menguat, dan 405 sisanya stagnan.

Pada Selasa (1/7/2025), IHSG terdepresiasi 0,18 persen. Dalam sebulan belakangan, indeks acuan tersebut berkurang 2,39 persen.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai tekanan terhadap IHSG pada awal Juli tak bisa dilepaskan dari pelemahan yang juga terjadi di kawasan regional. Namun, ia mencermati bahwa tekanan di pasar domestik justru lebih dalam.

“Jika kita melihat bursa dari regional, sebenarnya lesu dari kondisi ini terjadi di bursa Asia,” ujar Michael, Rabu (2/7).

Dia menambahkan, “Namun IHSG mengalami kontraksi yang paling berat karena bertepatan dengan laporan keuangan perbankan yang mengalami pelemahan, terutama dari BBRI, BMRI, dan BBNI.”

Ia merinci, BBRI tercatat turun 15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), BBNI melemah 1 persen yoy, dan BMRI hanya naik tipis 0,5 persen yoy. Hanya BBCA yang masih mencatatkan pertumbuhan laba.

Di sisi lain, tekanan likuiditas juga turut memperburuk sentimen pasar. “Selain itu, ketatnya likuiditas karena hadir enam IPO di bursa turut menjadi lesunya kondisi market,” kata Michael.

“Mengingat ada satu emiten dengan size jumbo, yaitu CDIA, yang akan melakukan penggalangan dana sebesar Rp2,3 triliun,” imbuhnya.

Sebelumnya, pada Senin (30/6/2025), Michael menilai dari sisi teknikal, IHSG menunjukkan sinyal pelemahan yang belum berakhir. “Secara teknikal, IHSG membentuk pola bearish double top dengan neckline resistance di angka 7.000,” ujarnya.

Pola ini, kata dia, mengindikasikan adanya tekanan jual yang cukup kuat, dengan potensi koreksi ke level yang lebih dalam. “IHSG masih berpeluang terkoreksi hingga 6.538 menyusul adanya gap cukup besar di angka itu,” kata Michael.

Tekanan juga diperparah oleh aksi jual dari investor asing yang dinilainya belum mereda. “Tekanan jual dari asing juga memberikan pressure yang cukup kuat,” tutur Michael. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE