MARKET NEWS

IHSG Pecah Rekor Baru Efek BI dan The Fed, Saham Konglo Beraksi

TIM RISET IDX CHANNEL 18/09/2025 12:22 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat sejarah pada Kamis (18/9/2025), menembus rekor tertinggi barunya sehari setelah rekor sebelumnya.

IHSG Pecah Rekor Baru Efek BI dan The Fed, Saham Konglo Beraksi. (Foto: IDXChannel)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat sejarah pada Kamis (18/9/2025), menembus rekor tertinggi barunya sehari setelah rekor sebelumnya.

Lonjakan ini dipicu sentimen positif investor atas kebijakan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 0,27 persen ke level 8.046,61 hingga penutupan sesi I Kamis, usai menyentuh level tertinggi (all-time high/ATH) di level 8.068,01 di awal sesi.

Sebanyak 323 saham naik, 366 turun, dan 267 stagnan. Dengan ini, indeks acuan tersebut telah membukukan reli selama 7 hari berturut-turut.

Dalam sepekan, IHSG meningkat 3,86 persen dan dalam sebulan terakhir naik 2,34 persen.

Saham-saham big cap milik konglomerat turut menopang pergerakan indeks. Sebut saja, saham MLPT milik Grup Lippo terbang 20,00 persen.

Kemudian, saham-saham Prajogo turut melejit, seperti BRPT (16,94 persen), PTRO (14,70 persen), CUAN (5,32 persen), CDIA (4,41 persen), dan BREN (2,24 persen).

Saham properti milik Aguan dan Grup Salim PANI juga naik 0,56 persen, serta DSSA milik Grup Sinarmas menghijau 0,55 persen.

Tak hanya itu, saham bank besar BBRI ikut menguat 0,24 persen, sementara tiga bank raksasa lainnya justru terkoreksi.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, pemangkasan suku bunga BI mengejutkan banyak pihak. Menurutnya, langkah ini memberikan katalis positif bagi pasar.

“Ini mengejutkan banyak pihak karena konsensus sendiri mengatakan bahwa BI akan mengerem pemangkasan suku bunga,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).

Ia menambahkan, kekhawatiran pelemahan rupiah akibat pemangkasan suku bunga BI bisa terimbangi oleh kebijakan The Fed.

“Ini menjadi katalis positif untuk market, karena pemangkasan suku bunga BI dikhawatirkan akan melemahkan rupiah. Tetapi, ini bisa diimbangi dengan pemangkasarn Fed Rate oleh Powell semalam,” kata Michael.

Dalam pandangannya, pernyataan The Fed terbaru juga memberi sentimen tambahan.
“Dan dalam pernyataan semalam, The Fed mengatakan ada potensi pemangkasan suku bunga dua kali lagi,” ujarnya.

Pada Rabu (17/9), BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75 persen, level terendah sejak akhir 2022. Seluruh 31 ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan tidak ada perubahan suku bunga.

BI juga memangkas suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,50 persen.

Sementara, dikutip dari Reuters, pada Kamis (18/9) dini hari waktu Indonesia, Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers menyampaikan bahwa bank sentral AS menurunkan suku bunga acuannya sebesar seperempat poin menjadi 4,00-4,25 persen.

Ia juga mengungkapkan bahwa pemangkasan lebih lanjut kemungkinan akan dilakukan pada pertemuan Oktober dan Desember. Powell menegaskan bahwa pelemahan pasar tenaga kerja kini menjadi perhatian utama dirinya dan para pembuat kebijakan lainnya.

Bursa saham AS alias Wall Street sempat menguat setelah rilis keputusan kebijakan dan proyeksi The Fed sebelum berbalik melemah dan ditutup bervariasi.

Dari pasar valuta asing, nilai dolar AS tercatat sedikit lebih tinggi terhadap sejumlah mata uang utama mitra dagang, imbal hasil obligasi AS relatif stabil. Pasar kontrak berjangka suku bunga memperkirakan lebih dari 90 persen kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga lagi pada pertemuan The Fed akhir Oktober mendatang. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

>

SHARE