IHSG Tembus 7.100, Deretan Saham Big Cap Ini Jadi Penopangnya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak tinggi pada lanjutan sesi I perdagangan hari ini, Kamis (16/6/2022).
IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak tinggi pada lanjutan sesi I perdagangan hari ini, Kamis (16/6/2022), seiring masuknya dana asing dan menghijaunya bursa saham global.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.40 WIB, IHSG melesat 1,60% ke 7.118,68 dengan nilai beli bersih (net buy) asing Rp108,30 miliar di pasar reguler.
IHSG kembali ke level psikologis 7.100 setelah mengalami tekanan jual hingga anjlok ke 6.995,44 pada Senin lalu di tengah tekanan sentimen negatif global.
Semua sektor menghijau pagi ini, dengan sektor energi memimpin kenaikan 3,24%.
Di tengah penguatan IHSG pagi ini, sejumlah saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) jumbo. (Tabel di bawah ini).
Sumber: BEI, RTI (diolah)
Saham bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO) naik 6,04%, setelah stagnan kemarin. Dalam sepekan saham ini sudah menguat 8,43%.
Kemudian, saham dengan market cap terbesar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terapresiasi 3,07%, rebound dari koreksi 1.01% kemarin. Dalam sepekan saham BBCA masih naik 1,00%.
Selain keduanya, sejumlah saham emiten kakap lainnya juga menguat. Dari daftar di atas, total market cap emiten-emiten tersebut mencapai Rp 3.700,28 triliun atau setara dengan 39,77% dari total kapitalisasi pasar IHSG.
Karenanya, pergerakan saham-saham tersebut berperan penting bagi indeks saham domestik.
Menghijaunya IHSG pagi ini sebenarnya beriringan dengan naiknya indeks saham utama di bursa Asia.
Untuk menyebut beberapa, indeks Nikkei 225 (Tokyo) menguat 1,15%, Shanghai Composite (0,25%), Straits Times (1,02%).
Wall Street Kembali Ceria
Tone positif di kawasan Asia mengekor rebound-nya tiga indeks saham utama di AS. Dow Jones naik 1,00%, S&P 500 menguat 1,46%, dan Nasdaq kembali menghijau 2,50%.
Investor saham AS sudah menakar aksi The Fed kali ini.
Dini hari tadi, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75 persen poin, kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994. Langkah The Fed ini semata untuk mengekang angka inflasi yang telanjur tinggi.
Memang, aksi kerek bunga secara agresif dan segala kebijakan pengetatan moneter lainnya harus di bayar mahal: ekonomi AS bisa melambat dan jatuh ke dalam resesi.
Wall Street sendiri sempat bergejolak setelah pengumuman, sebelum kemudian berbalik ke zona hijau setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan dalam konferensi persnya bahwa akan ada kenaikan sebesar 50 basis poin atau 75 basis poin kemungkinan besar pada pertemuan berikutnya di bulan Juli.
Walaupun, dia tidak mengharapkan kenaikan 75 basis poin menjadi menjadi patokan umum.
"Begitu ketua Fed mengatakan bahwa mungkin ada kenaikan serupa 75 basis poin pada pertemuan berikutnya, saat itulah pasar naik," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research di New York.
"Ini semacam mosi percaya bahwa Fed akhirnya sadar akan masalah inflasi dan bersedia mengambil sikap yang lebih agresif," imbuhnya.
Sebelumnya, investor dengan cepat meningkatkan ekspektasi mereka bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) selama beberapa hari terakhir menyusul tingkat inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada Jumat lalu.
Bank-bank kakap seperti JP Morgan dan Goldmanc Sach menjadi contoh institusi yang memproyeksikan kenaikan suku bunga 75 bps.
Perubahan ekspektasi pasar tiba-tiba tersebut sempat membuat aksi jual di Wall Street dan global beberapa hari terakhir. Maklum, pasar sebelumnya meramal The Fed hanya akan menaikkan suku bunga 50 bps. (ADF)