IHSG Tembus Rekor 8.000, Analis Ingatkan Pentingnya Fokus pada Fundamental
Berada di puncak rekor tertinggi sepanjang masa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk pertama kalinya menembus level 8.000 pada Jumat (15/8/2025) siang.
IDXChannel – Berada di puncak rekor tertinggi sepanjang masa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk pertama kalinya menembus level 8.000 pada Jumat (15/8/2025) siang, melanjutkan capaian rekor tertinggi sepanjang masa yang sudah diraih sehari sebelumnya.
Di tengah euforia pasar, analis pasar mengingatkan investor agar tidak terlena, dan tetap fokus pada analisis fundamental emiten masing-masing demi menjaga strategi investasi tetap aman.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menyentuh level tertinggi 8.017,07 pada 10.29 WIB, menjelang perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada 17 Agustus 2025. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp23,65 triliun dan volume perdagangan 32,95 miliar saham.
Saham emiten pusat data (data center) milik Toto Sugiri dan taipan Anthoni Salim, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), menjadi salah satu penopang IHSG setelah melonjak 10,32 persen. Kenaikan juga ditopang saham energi Grup Sinarmas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dan PT Sinar Mas Multi Artha Tbk (SMMA), yang masing-masing menguat 1,71 persen dan 1,56 persen.
Dari sektor teknologi, saham Grup Lippo, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), tercatat naik 12,36 persen. Sementara itu, dua saham bank besar—PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)—masing-masing menguat 0,74 persen dan 0,21 persen, turut menopang laju indeks.
Kenaikan IHSG terjadi seiring Presiden Prabowo Subianto, berpidato Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD 2025 di Jakarta, Jumat (15/8).
Pengamat pasar modal Michael Yeoh mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati di tengah reli IHSG yang menembus rekor baru.
“Kita memang perlu waspada terhadap pergerakan IHSG yang over,” tutur Michael, Jumat (15/8/2025).
Meski demikian, ia menilai fokus utama investor sebaiknya tetap pada analisis masing-masing emiten. “Sebagai investor, lebih baik berfokus pada emiten sendiri, yaitu di mana posisi rasio PE, PBV, serta potensi DPR,” kata Michael.
Menurutnya, kenaikan IHSG belum sepenuhnya diikuti pergerakan positif saham-saham perbankan besar. “Jika kita perhatikan, kenaikan IHSG sendiri masih tidak memberikan kenaikan yang over untuk saham-saham big banks, yang secara general masih di bawah,” ujarnya.
Michael juga menyoroti perkembangan positif dari indeks global MSCI.
“Kabar baik datang dari MSCI, MSCI memasukkan dua konstituen dalam big caps yaitu CUAN dan DSSA serta beberapa saham di small caps,” katanya.
Ia menilai langkah tersebut mengurangi kekhawatiran investor terhadap aksi keluar dana asing yang terjadi sepanjang tahun lalu. “Ini mengikis kekhawatiran investor terhadap aksi outflow selama setahun ke belakang,” demikian Michael melanjutkan penjelasannya.
Terkait prospek ke depan, Michael mempertanyakan apakah ini akan menjadi titik balik bagi IHSG. Ia mencatat bahwa Indonesia pada Agustus ini termasuk negara ASEAN yang mendapat aliran dana asing terbesar.
Namun, ia mengingatkan, faktor pendorongnya kali ini bersifat teknis, bukan fundamental.
“Perlu dicatat, inflow kali ini karena kedatangan dua emiten, sehingga terjadi karena perhitungan quant, bukan dari fundamental,” tuturnya.
Michael berharap pertumbuhan ekonomi nasional dapat menjadi pemicu aliran modal asing yang lebih berkelanjutan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.