MARKET NEWS

IHSG Turun Lebih dari Satu Persen, Deretan Saham Ini Jadi Pemberat

TIM RISET IDX CHANNEL 14/06/2024 15:04 WIB

Sejumlah saham utama (big cap) memerah pada perdagangan Jumat (14/6/2024), turut menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

IHSG Turun Lebih dari Satu Persen, Deretan Saham Ini Jadi Pemberat. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham utama (big cap) memerah pada perdagangan Jumat (14/6/2024), turut menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah investor asing masih rajin keluar dari bursa Tanah Air.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.44 WIB, IHSG turun tajam 1,37 persen ke 6.735, dengan nilai transaksi sebesar Rp6,29 triliun dan volume perdagangan 12,6 miliar saham.

Sebanyak 434 saham melemah dan hanya 125 saham naik. Sisanya, sebanyak 197 saham stagnan.

Ini menandai penurunan keempat beruntun IHSG sehingga indeks acuan tersebut sudah terdepresiasi 2,23 persen dalam sepekan. Dalam sebulan, IHSG sudah merosot 6,13 persen.

Dalam sepekan, asing mencatatkan jual bersih (net sell) Rp4,35 triliun, sedangkan dalam sebulan Rp10,46 triliun di pasar reguler.

Saham-saham bank kakap, yang notabene biasa menjadi penggerak (mover) IHSG, kompak terbenam.

Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun signifikan 2,80 persen ke posisi Rp4.350 per saham.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp189 miliar dan volume perdagangan 43 juta saham.

Saham BBNI sudah turun 7,66 persen selama pekan ini dan merosot 13,63 persen dalam sebulan. Sementara, sejak awal tahun (YtD), saham emiten bank BUMN tersebut sudah terkoreksi sedalam 19,26 persen.

Investor asing masih cenderung mencatatkan jual bersih (net sell). Asing keluar dari BBNI dengan nilai net sell Rp266,48 miliar di pasar reguler selama sepekan dan Rp501,81 miliar selama sebulan

Saham bank pelat merah lainnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ikut memerah, minus 2,55 persen ke level Rp4.200 per saham.

Saham BBRI sudah turun 35 persen sejak menyentuh rekor di harga Rp6.450 per saham pada 13 Maret 2024.

Dalam sepekan, net sell asing di saham BBRI sudah mencapai Rp1,68 triliun dan dalam sebulan Rp6,90 triliun. Sementara, secara YtD, net sell asing di BBRI mencapai Rp15,23 triliun.

Saham bank BUMN ketiga PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) tak lepas dari tekanan jual, turun hingga 2,13 persen secara harian. Ini menandai penurunan selama 4 hari beruntun di pekan ini.

Tidak ketinggalan, saham bank swasta kakap PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ikut terdepresiasi, yakni sebesar 0,54 persen. Dalam sepekan, imbas terkoreksi 4 hari tanpa henti, saham BBCA minus 1,88 persen.

Saham bank lainnya turut tergerus, macam PNBN yang turun 0,89 persen, BDMN 1,20 persen, hingga BNGA 0,90 persen.

Menurut amatan BRI Danareksa Sekuritas dalam riset pada 10 Juni 2024, sektor perbankan menghadapi tekanan pada biaya dana (cost of fund/CoF) dan likuiditas, tetapi kualitas aset tetap aman.

BRI Danareksa menulis, kualitas kredit perbankan secara keseluruhan tetap aman meskipun ada sedikit kenaikan dalam biaya kredit (CoC) pada April 2024 (naik 26 basis point/bps secara bulanan/mom).

Sementara, Macquarie pada 29 Mei 2024 menulis, saham BBRI menjadi saham yang paling banyak dibahas dalam marketing terbaru mereka di Asia, Amerika Serikat (AS), dan Britania Raya dan Eropa.

“Sebagian besar investor sepakat bahwa koreksi ini adalah peluang,” demikian kata Macquarie, dikutip Jumat (14/6).

Macquarie melanjutkan, masalah kualitas aset pada kuartal I-2024 diperkirakan bersifat sementara. Meskipun, era likuiditas ketat akan tetap berlangsung sepanjang 2024, kata Macquarie, BRI siap menghadapi biaya dana yang lebih tinggi.

Sejurus dengan itu, Macquarie menanggalkan asumsi pemotongan suku bunga dan mengasumsikan beban kredit yang lebih tinggi di 2024, yang mengarah pada penurunan estimasi laba per saham (earnings per share/EPS) selama 2024/2025.

“Kami optimistis dengan pergeseran franchise mikro BRI menuju Kupedes yang lebih berkualitas dan menguntungkan. Meskipun beban kredit mungkin tetap tinggi tahun ini, percepatan hapus buku (write-off) akan mendorong pemulihan yang lebih tinggi dengan dampak netral terhadap keseluruhan laba,” tulis Macquarie.

Tidak hanya saham bank jumbo, saham telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) tergerus 2,82 persen, emiten geotermal PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) memerah 2,80  persen, hingga PT Astra International Tbk (ASII) melemah 0,90 persen.

Ketidakpastian global hingga fiskal dalam negeri serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut membebani kinerja saham sektor perbankan—dan pasar modal dalam negeri secara umum. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE