MARKET NEWS

Imbas Krisis Properti dan Pelemahan Ekonomi, China Hadapi Risiko Utang Tersembunyi

Maulina Ulfa - Riset 20/08/2023 15:48 WIB

Ekonomi China masih mengalami tekanan lanjutan pascakrisis sektor properti yang mengguncang negeri Tirai Bambu pekan ini.

Imbas Krisis Properti dan Pelemahan Ekonomi, China Hadapi Risiko Utang Tersembunyi

IDXChannel - Ekonomi China masih mengalami tekanan lanjutan pascakrisis sektor properti yang mengguncang negeri Tirai Bambu pekan ini.

Sebelumnya, pengembang properti raksasa asal negara tersebut, Evergrande dilaporkan mengajukan perlindungan kebangkrutan di pengadilan Amerika Serikat (AS). 

Meskipun telah lama diperkirakan, kondisi ini memicu kekhawatiran karena sejumlah sektor di China melanjutkan penurunan baru-baru ini.

Di pasar saham, indeks Hang Seng di Hong Kong mengakhiri pekan dengan penurunan 2% pada Jumat (18/8/2023). Kerugian ini menjadi yang terdalam sejak Januari dan telah melampaui ambang bearish 20%.

Investor kini lebih memperhatikan yang tengah terjadi di China, yang berpotensi mengalami penurunan ekonomi semakin dalam. 

Sebelumnya, banyak pihak mengkhawatirkan kondisi ekonomi AS yang digadang masuk ke fase resesi. Kini, semua mata berbalik tertuju ke China.

Risiko Momen Lehman Brothers 

Risiko utang tersembunyi yang dihadapi China kian mengkhawatirkan. Risiko utang ini tidak hanya terlihat dari utang pemerintah, namun juga swasta.

Awal pekan ini, JPMorgan Chase mengeluarkan prediksinya dengan memperkirakan 10% dari utang korporasi berimbal hasil tinggi di Asia akan gagal bayar tahun ini. Angka ini bahkan naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 4%.

Data Kementerian Keuangan China juga menunjukkan pemerintah di seluruh China memiliki utang 37 triliun yuan (setara USD5,1 triliun) yang beredar pada akhir April 2023. Namun, dari catatan ini, tidak ada total resmi berapa banyak utang tersembunyi di sana.

Menurut laporan Nikkei Asia pada 15 Juni lalu, utang yang dipegang oleh local government financing vehicles (LGFVs) berjumlah 59 triliun yuan (setara USD8,25 triliun) pada akhir tahun lalu.

"Begitu banyak hal yang salah dalam ekonomi China pada saat yang sama, tapi tentu saja itu sama sekali bukan kebetulan. Beginilah cara ketidakseimbangan sistemik terjadi dengan sendirinya," cuit Michael Pettis, ekonom senior di Carnegie Endowment.

Pettis adalah salah satu ekonom yang telah lama memperingatkan bahwa model ekonomi China, yang dibangun di atas fondasi ekspor, infrastruktur yang didanai utang, dan kekayaan properti, pasti akan menemui hambatan.

Menurut Pettis, apa yang terjadi di China dapat memiliki dampak disinflasi di seluruh dunia.

Christopher Wood, kepala strategi ekuitas global di Jefferies, menulis minggu ini bahwa tingkat total hipotek yang beredar di China mulai menurun langsung di tengah pembayaran di muka, dengan rumah tangga membayar lebih dari yang seharusnya. 

"Risiko momen Lehman (Brothers) di China nyata meningkat, jika penjualan properti terus menurun," tulis Wood,.

Mulanya, pengajuan kebangkrutan oleh Evergrande di AS terbaru bertujuan mendapatkan persetujuan untuk rencana restrukturisasi utang yang diluncurkan awal tahun ini. Namun, pelemahan yang sedang berlangsung di pasar properti China terus memakan lebih banyak korban. 

Awal bulan ini, Country Garden, salah satu pengembang terbesar di China juga melewatkan pembayaran obligasi sebesar USD22,5 juta dan perusahaan dilaporkan memiliki liabilitas mendekati USD200 miliar, menurut Bloomberg.

Selama ini, rumah tangga di China dilaporkan terbiasa dengan tingkat tabungan yang tinggi melalui trust investasi yang bergantung pada pengembalian dari kepemilikan real estat dalam portofolio mereka. 

Namun sektor ini semakin menunjukkan kerentanannya. Awal bulan ini, Zhongrong International Trust, sebuah perusahaan manajer investasi menyatakan, pihaknya menunda pembayaran untuk produk investasi yang telah jatuh tempo. 

Bloomberg melaporkan bahwa Zhongrong banyak berinvestasi dalam proyek real estat yang belum selesai pada 2022. Strategi itu berbuah pahit karena penjualan properti mencapai level terendah dalam lebih dari satu dekade.

Sementara itu, investasi asing langsung di China juga turun menjadi USD4,9 miliar pada kuartal II-2023. Angka ini turun 87% dari tahun sebelumnya dan di level terendah sejak 1998. (RNA)

SHARE