Incar Dana Segar Rp68,2 Miliar Lewat IPO, Permintaan Saham BATR Tembus Rp2,8 Triliun
dana hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan perseroan untuk modal kerja.
IDXChannel - Rencana PT Benteng Api Technic Tbk (BATR), meraup dana segar lewat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) mendapat respons positif dari pasar.
Lewat aksi korporasi tersebut, BATR menawarkan 620 juta lembar sahamnya ke publik dengan harga penawaran sebesar Rp110 per saham. Dari sana, perusahaan yang juga dikenal dengan nama BAT Refractories tersebut berharap dapat menghasilkan sedikitnya Rp68,2 Miliar.
Namun, dengan besarnya potensi bisnis yang dimiliki, total permintaan yang diterima hingga penutupan sesi Penawaran Umum pada 6 Juni 2024 lalu tercatat mencapai 25,54 miliar saham, atau senilai Rp2,8 triliun.
Artinya, terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 140 kali, yang menandakan tingginya minat investor terhadap Emiten Refraktori pertama dan satu-satunya di BEI saat ini tersebut.
"Data yang kami terima dari Underwriter bahwa total Permintaan Saham IPO BATR dari para Investor mencapai Rp2,8 Triliun, atau sekitar 25,54 miliar lembar saham. Sedangkan Perseroan hanya melepas 620 juta lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp110 melalui IPO. Dengan demikian, total dana yang kami himpun mencapai Rp68,2 miliar," ujar Direktur Utama BATR, Ridwan, dalam keterangan resminya.
Bersamaan dengan itu, Perseroan juga menerbitkan 620 juta waran seri I bersamaan dengan IPO. Rasionya 1:1 dan harga pelaksanaan Rp 300. Dana yang bisa diperoleh dari hasil pelaksanaan waran seri I maksimal Rp 186 miliar.
Perseroan akan menggunakan 36,9 persen dana hasil IPO untuk membeli tanah dan bangunan dari pihak terafiliasi, 9,56 persen untuk pembangunan dan perbaikan bangunan, 5,42 persen untuk pembelian peralatan laboratorium, 6,54 persen untuk pembelian mesin produksi, dan 41,55 persen untuk belanja operasional (operational expenditure/opex) berupa persediaan barang jadi dan bahan baku.
Nantinya, dana hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan perseroan untuk modal kerja.
Pencatatan saham BATR di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 10 Juni 2024. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah KGI Sekuritas Indonesia.
"Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT dan juga berterima kasih banyak kepada para investor yang telah memberikan respons positif yang luar biasa atas penawaran umum perdana saham BATR di Bursa Efek Indonesia," tutur Ridwan.
Respons positif dan antusiasme para investor ini, dikatakan Ridwan, memberikan semangat lebih kepada BATR untuk terus meningkatkan kinerja dan mengembangkan usaha menjadi semakin besar, sejalan dengan visi dan misi perseroan, yaitu menjadi perusahaan nasional berskala global yang unggul dan terpercaya.
"Dengan begini, BATR bisa memberikan yang terbaik kepada para pelanggan, para karyawan, para pemegang saham, para investor dan para pemangku kepentingan," ungkap Ridwan.
Per November 2023, BATR mengantongi pendapatan Rp 123 miliar, tumbuh dari periode sama tahun 2022 sebesar Rp 118 miliar. Laba bersih di periode itu mencapai Rp 9,3 miliar.
Return on asset BATR pada periode itu mencapai 8,27 persen, return on equity 13,07 persen, margin laba bersih 7,57 persen, dan margin laba kotor 29,4 persen.
BAT Refractories merupakan perusahaan lokal dan pionir di industri refraktori yang siap dengan berbagai sumber daya. Perseroan memiliki lini Produksi Fire Brick/Bata Tahan Api yang memproduksi berbagai jenis Fire Brick/Bata Tahan Api dengan kapasitas produksi sampai 500 ton per bulan.
Kemudian, perseroan memiliki lini Produksi Monolitic Refractory yang menghasilkan berbagai jenis bahan tahan api seperti semen castable dan gunning, plastic refractories, semen mortar tahan api dan lain–lain dengan kapasitas per bulan mencapai 800 ton.
Refraktori merupakan bahan tahan api yang dipakai di berbagai tungku industri, smelter, kiln, reaktor, incinerator, dan sebagainya yang terkena suhu tinggi.
Selama periode 2020-2026, pasar refraktori Indonesia diperkirakan mencatat CAGR sebesar 4,7 persen. Proyeksi tersebut mengacu pada meningkatnya produksi Nickel, Tembaga, Besi dan Baja, Petrokimia, serta naiknya permintaan konservasi energi. (TSA)