Indeks Transportasi Unjuk Gigi, Ada Kisah di Balik Melonjaknya Saham BIRD
Indeks saham transportasi & logistik (IDXTRANS) memimpin indeks sektoral pada perdagangan hari ini, Senin (30/5/2022).
IDXChannel – Indeks saham transportasi & logistik (IDXTRANS) memimpin indeks sektoral pada perdagangan hari ini, Senin (30/5/2022). Ini terjadi seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses kembali ditutup menguat usai sempat terbenam di zona merah siang tadi.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik tipis 0,16% ke level 7.037,56 dengan nilai transaksi Rp 15,29 triliun dan volume perdagangan 23,18 miliar saham. Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 9,40 miliar di pasar reguler.
Sebelumnya, selama perdagangan siang tadi, IHSG sempat cukup lama berada di zona merah dengan level harian terendah di 6.974,61. IHSG baru kembali ke zona hijau di menit-menit terakhir menjelang penutupan pasar.
Di tengah penguatan indeks saham acuan tersebut, IDXTRANS menduduki peringkat pertama di antara sektor lainnya, seperti indeks barang baku (1,19%) dan infrastruktur (1,17%). Indeks sektor keuangan (IDXFINANCE) sendiri naik 0,71% hari ini.
Dari 28 saham yang terhimpun di IDXTRANS, setidaknya ada 10 saham yang menopang indeks tersebut di perdagangan awal pekan ini. (Lihat tabel di bawah ini)
Dari data di atas, harga saham pelayaran NELY memimpin dengan kenaikan 23,46%. Saham NELY memang sedang dalam tren menaik akhir-akhir ini, dengan 4 hari beruntun selalu ditutup di zona hijau.
Dalam sepekan, harga saham NELY sudah melompat 47,33%.
Kabar teranyar, NELY akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 6 Juni 2022, bersamaan dengan paparan publik (public expose).
Kisah Turnaround Blue Bird
Di bawah NELY, saham perusahaan taksi BIRD juga melonjak tinggi 23,18% ke level Rp 1.780/unit. Sama seperti NELY, harga saham BIRD juga sudah naik selama 4 hari berturut-turut. Praktis, dalam sepekan saham ini melejit 48,95%.
Lonjakan harga saham BIRD ini terjadi di tengah perusahaan berhasil turnaround alias membalik rugi menjadi laba bersih setidaknya sejak laporan keuangan per 31 Desember 2021.
Pada 2021, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik induk BIRD tercatat sebesar Rp 7,71 miliar, berbalik dari rugi bersih Rp 161,35 miliar sepanjang 2020.
Sementara, pada triwulan pertama 2022, laba bersih BIRD mencapai Rp 47,14 miliar. Padahal, pada periode yang sama 2021, Blue Bird masih menanggung rugi Rp 28,25 miliar.
Rapor positif tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan pendapatan bersih perusahaan sebesar 40,40% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 673,98 miliar per 31 Maret 2022.
Penyumbang pendapatan Blue Bird terbesar adalah segmen kendaraan taksi, yakni mencapai Rp 517,47 miliar pada kuartal I 2022. Angka ini lebih tinggi tinimbang pada periode yang sama 2021, yang sebesar Rp 347,72 miliar.
Membaiknya kinerja BIRD seiring dengan relaksasi kebijakan mobilitas masyarakat dalam menanggulangi penyebaran Covid-19.
Sebelumnya, kinerja keuangan BIRD terpukul dengan perlambatan ekonomi di tengah pengetatan pergerakan masyarakat oleh pemerintah sebagai imbas dari melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air.
Hal tersebut sempat diutarakan oleh manajemen dalam catatan laporan keuangan, misalnya, pada kuartal I 2021.
“Wabah Covid-19 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik, yang kemudian mempengaruhi operasi Grup serta pelanggan dan pemasok Grup,” jelas manajemen dalam catatan laporan keuangan kuartal I 2021, dikutip IDX Channel, Senin (30/5).
Selain saham BIRD, saham jasa logistik dan pelayaran SMDR juga ditutup melesat 10,79%. Harga saham SMDR dalam tren menaik sejak awal tahun dengan total kenaikan 250,75% secara year to date (ytd).
Hal tersebut terjadi seiring investor percaya diri dengan prospek SMDR di tengah masih tingginya tarif pelayaran kontainer (freight rate) di tengah macetnya rantai pasokan global sebagai dampak pagebluk Covid-19 dan konflik perang Rusia-Ukraina.
Sebagai gambaran, pendapatan Samudera Indonesia mencapai US$ 250,09 juta pada kuartal I 2022. Jumlah tersebut melesat 95,64% secara yoy dibandingkan pendapatan triwulan I 2021 sebesar US$ 127,83 juta.
Selain pendapatan yang bertumbuh, laba bersih SMDR pun melonjak 339,78% yoy menjadi US$ 58,40 juta per kuartal I 2022. (ADF)