MARKET NEWS

Ini Biang Kerok Saham Allo Bank (BBHI) Anjlok Hampir 60 Persen

Melati Kristina - Riset 18/01/2023 13:30 WIB

Harga saham emiten bank digital, Allo Bank (BBHI) rontok dalam setahun belakangan seiring usainya sentimen dari bank digital.

Ini Biang Kerok Saham Allo Bank (BBHI) Anjlok Hampir 60 Persen. (Foto: Allo Bank)

IDXChannel – Harga saham emiten bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) terus merosot tajam.

Padahal, emiten yang digadang-gadang mampu mencatatkan kinerja saham yang melesat ini justru menunjukkan kinerja saham yang loyo di 2023 seiring usainya euforia bank digital.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) per penutupan sesi I, Rabu (18/1), harga saham BBHI menyentuh level Rp1.675/saham, atau merosot sebesar 0,89 persen dibanding perdagangan kemarin, Selasa (17/1). (Lihat grafik di bawah ini.)

Selain itu, volume perdagangan saham emiten milik pengusaha Chairul Tanjung di periode ini relatif kecil, yaitu hanya sebesar 174,10 ribu dengan nilai transaksi mencapai Rp291,93 juta.

Adapun, bila dilihat secara year to date (YTD) pada 2023, saham BBHI masih belum menunjukkan pemulihan dan masih terkoreksi di minus 5,10 persen.

Bahkan, melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per sesi I, Rabu (18/1), selama setahun belakangan saham BBHI sudah ambruk hingga 58,10 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sepanjang setahun terakhir, saham BBHI pernah menyentuh harga tertingginya pada perdagangan 28 April 2022, yakni Rp6.500/saham.

Artinya, bila dibandingkan dengan harga sahamnya pada hari ini, Rabu (18/1), yang berada di level Rp1.675/saham, harga saham BBHI sudah jatuh hingga 74,23 persen.

Melihat fenomena ini, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, anjloknya saham BBHI saat ini seiring surutnya euforia bank digital.

“Sentimen yang memengaruhi dari euforia digitalisasi perbankan yang sudah mereda,” kata Nafan saat dihubungi IDX Channel, Rabu (18/1).

Selain itu, Nafan menambahkan, terdapat faktor eksternal yang turut mendorong anjloknya saham BBHI belakangan ini.

“Tren aggressive monetary policy yang dijalankan The Fed pada 2022 lalu juga bisa dikategorikan sebagai faktor eksternal,” jelas Nafan.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE