Ini Respon Pertamina Tangani Kebocoran Sumur Migas Blok ONWJ
PT Pertamina (Persero) melakukan investigasi terkait tumpahan minyak (spill) yang mencemari laut pantai utara Karawang, serta penyebab keluarnya gelembung gas.
IDXChannel - PT Pertamina (Persero) masih melakukan investigasi terkait tumpahan minyak (spill) yang mencemari laut pantai utara Karawang, serta penyebab keluarnya gelembung gas di anjungan YY, sumur minyak lepas pantai Laut Jawa YYA-1 area Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ).
“Kita masih melakukan investigasi yang mendalam terkait dari asal-muasal gas yang menimbulkan bubble. Indikasi sementara terjadi anomali tekanan pada saat pengeboran YYA-1, sehingga menyebabkan gelembung gas yang diikuti oil spill," ungkap Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu saat konferensi pers di kantor pusat pertamina, Jakarta (25/7).
Dharmawan menjelaskan,peristiwa ini bermula pada 12 Juli 2019. Sekitar pukul 01.30 WIB saat melakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan re-perforasi muncul gelembung gas di anjungan YY dan Rig Ensco-67 ONWJ. Menurutnya, Sumur YYA-1 merupakan sumur eks eksplorasi YYA-4 yang dibor tahun 2011.
Melihat kejadian itu, tanggal 14 Juli, Pertamina langsung mengevakuasi seluruh pekerja di anjungan dan sekitaran area tersebut ke tempat yang aman. Di hari selanjutnya, PHE ONWJ mengumumkan keadaan darurat dan langsung bersurat ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kemudian 16 Juli, mulai terlihat ceceran lapisan minyak di permukaan laut sekitar disamping gelembung yang masih terus terjadi. Keesokan harinya, tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan.
"Tanggal 18 Juli, tumpahan minyak mulai mencapai pantai ke arah barat. Jarak anjungan dengan garis pantai Karawang sekitar dua kilometer," imbuh Dharmawan.
Pada penanganan peristiwa ini, Pertamina telah memobilisasi 29 kapal, 3.500 meter oil boom offshore, 3.000 meter oil boom shoreline, dan 700 meter fishnet di pesisir pantai terdampak. Ia menuturkan, untuk menghentikan sumber gas dan oil spill dengan cara mematikan sumur YYA-1, diperkirakan memerlukan waktu sekitar 8 minggu sejak hari ini atau 10 minggu sejak dinyatakan kondisi darurat.
Sejauh ini Pertamina telah membentuk Incident Management Team (Crisis Team) di Jakarta dan Karawang. Tim ini bertugas melakukan penanggulangan tumpahan minyak, penanganan gas dengan spray, pengeboran untuk mematikan sumur, serta penanganan di anjungan. Namun, mereka juga akan melibatkan perusahaan Boots and Coots dari Amerika Serikat (AS).
“Selanjutnya Pertamina melakukan isolasi dan pengamanan serta memastikan masyarakat agar tidak beraktivitas di sekitar lokasi kejadian. Demi memaksimalkan penanganan sumur YYA-1, saat ini Pertamina telah melibatkan Boot & Coots yang memiliki bukti pengalaman dalam kasus serupa dengan skala yang lebih besar, seperti di Teluk Meksiko,” pungkas Dharmawan. (*)