Inklusi Keuangan Meningkat, Jumlah Investor Saham Terus Bertambah
Untuk memperkuat pasar modal Indonesia, supply dan demand tentunya harus sama-sama kuat.
IDXChannel - Untuk memperkuat pasar modal Indonesia, supply dan demand tentunya harus sama-sama kuat.
Dari sisi supply, upaya meningkatkan jumlah emiten dilakukan dengan menyederhanakan kebijakan dan mempercepat prosedur perizinan Initial Public Offering (IPO).
Lalu, untuk sisi demand, dilakukan mekanisme yang mempermudah dan mempercepat transaksi investor di pasar modal.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, yang dapat dilihat dari jumlah single investor identification (SID) pada akhir 2018 sebesar 1,62 juta dan 2019 sebesar 2,48 juta.
Bahkan pada 2021, jumlah SID meningkat sebesar 93,04% dibandingkan tahun 2020, dari 3,88 juta investor menjadi 7,49 juta investor.
Angka ini masih terus bertumbuh hingga menembus 10,31 juta investor per 30 Desember 2022.
Gap tingkat literasi dan inkusi semakin kecil
Dalam rangka mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia, OJK menyelenggarakan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022.
SNLIK 2022 dilaksanakan mulai Juli hingga September 2022 di 34 provinsi yang mencakup 76 kota/kabupaten dengan jumlah responden sebanyak 14.634 orang yang berusia antara 15 sampai dengan 79 tahun.
Sebagaimana tahun 2016 dan 2019, SNLIK 2022 juga menggunakan metode, parameter dan indikator yang sama, yaitu indeks literasi keuangan yang terdiri dari parameter pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku, sementara indeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage).
Hasil SNLIK 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen, naik dibanding 2019 yang hanya 38,03 persen.
Sementara indeks inklusi keuangan di 2022 mencapai 85,10 persen meningkat dibanding periode SNLIK sebelumnya di 2019 yaitu 76,19 persen.
Hal tersebut menunjukkan gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi semakin menurun, dari 38,16 persen di tahun 2019 menjadi 35,42 persen di tahun 2022. (WHY)