Intip Kinerja Empat Saham Bank Jumbo Tergelincir Pasca Gapai ATH di 2024
Sejumlah saham emiten bank BUMN di Indonesia sempat mencatatkan nilai harga saham menyentuh rekor level tertinggi atau all time high (ATH) di awal 2024 ini.
IDXChannel - Sejumlah saham emiten bank BUMN di Indonesia sempat mencatatkan nilai harga saham menyentuh rekor level tertinggi atau all time high (ATH) di awal 2024 ini.
Sebut saja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang kompak menyentuh rekor level ATH.
Melansir data Google Finance, saham BBRI ditutup di level Rp6.125 pada penutupan perdagangan 22 Maret 2024. BBRI mencatat rekor harga saham Rp6.450 dan merupakan tertinggi selama lima tahun terakhir pada perdagangan intraday.
Adapun saham BBNI mencatat rekor ATH pada level Rp5.900 per saham per 1 Maret 2024.
Emiten bank jumbo lainnya seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatatkan kinerja harga saham menembus rekor ATH.
Harga saham BMRI ke level Rp7.400 pada penutupan perdagangan pada 15 Maret 2024. Harga saham BBCA mengalami kenaikan tertinggi pada 22 Maret 2024 di level Rp10.100 per saham.
Namun, sejumlah saham perbankan pelat merah ini terus mengalami penurunan kinerja menjelang akhir Mei 2024. Hingga saat ini, kinerja sejumlah saham perbankan ini masih mengalami downtrend.
Data per Rabu (22/5/2024), saham bank wong cilik BBRI ditutup turun 2,07 persen dalam sepekan ke posisi Rp4.720 per saham. Praktis, dalam sebulan saham BBRI masih menciut 10,52 persen dan secara year to date (YTD) masih terkontraksi 17,55 persen.
Saham BMRI juga longsor 5,1 persen dalam sepekan ke posisi Rp6.050 per saham. Dalam sebulan, saham BMRI turun mencapai 10,04 persen.
Saham terafiliasi duo Hartono Bersaudara BBCA melemah 0,79 persen dalam sepekan di level Rp9.425 per saham. Saham BBNI juga melemah 5,27 persen dalam sepekan dan turun 11,44 persen.
Jika dibandingkan dari harga pada saat ATH, saham BBRI sudah turun 26,8 persen. Sementara saham BMRI anjlok 18,24 persen dari level ATH-nya. Saham BBCA juga turun 6,68 persen pasca ATH dan saham BBNI merosot 19,32 persen pasca ATH. (Lihat tabel di bawah ini.)
Saham-saham perbankan termasuk dalam big cap ini juga mengalami tekanan jual asing (foreign net sell) yang cukup tinggi di tengah volatilitas pasar keuangan global.
Dalam sebulan, mengutip data RTI Business, foreign net sell saham BBNI di pasar reguler mencapai Rp224,42 miliar.
Adapun saham BBCA dilego asing di pasar reguler mencapai Rp397,66 miliar dalam sebulan terakhir. Saham BBRI dijual asing paling besar di antara yang lain mencapai Rp10,41 triliun dalam sebulan terakhir.
Sementara saham BMRI dilego asing mencapai Rp1,97 triliun di pasar reguler dalam sebulan terakhir.
(YNA)