Intip Pergerakan Emiten CPO pada 2026
Dua saham emiten produsen CPO menjadi sorotan yakni PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).
IDXChannel - Phintraco Sekuritas menyematkan rating 'Overweight' terhadap sektor plantations/perkebunan, seiring pasokan minyak sawit mentah (CPO) yang diproyeksikan tetap ketat pada 2026.
Dua saham emiten produsen CPO menjadi sorotan yakni PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).
Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga mencatat permintaan domestik dari program biodiesel dan peluang ekspor yang lebih luas dapat menjaga stabilitas harga CPO pada level tinggi.
"Dengan kombinasi kenaikan serapan biodiesel domestik dan potensi diversifikasi pasar ekspor, kami melihat prospek harga CPO akan tetap berada pada level yang sehat hingga FY26F," ujarnya dalam Sector Update, Kamis (11/12/2025).
Kepada investor, Aditya menyoroti pemilihan emiten dengan struktur biaya kompetitif di tengah dinamika pasokan.
Menurutnya, perusahaan yang mampu menjaga cash cost tetap efisien dan memiliki profil tanaman muda berpotensi mencatat pertumbuhan produksi yang lebih stabil. Kondisi tersebut dinilai relevan dalam menghadapi biaya pupuk global yang masih berada pada level tinggi.
"Selain itu, emiten dengan profil tanaman yang relatif muda berpotensi membukukan pertumbuhan produksi yang lebih stabil," jelasnya.
Adapun STAA dan TAPG dinilai memiliki keunggulan struktural dari profil tanaman yang relatif muda, sehingga memberikan fleksibilitas margin di tengah volatilitas harga.
STAA dinilai menawarkan diferensiasi tambahan melalui eksposur hilir, sehingga memiliki bantalan margin yang lebih kuat di tengah volatilitas harga CPO dan memperkuat integrasi usaha secara keseluruhan.
Sementara itu, TAPG dinilai menarik berkat struktur neraca yang sehat dan tingkat dividend payout ratio yang tinggi.
Sejumlah risiko, juga perlu diwaspadai oleh pelaku industri, seperti volatilitas harga minyak nabati global, perubahan regulasi ekspor maupun biodiesel, serta potensi kenaikan biaya pupuk akibat kondisi geopolitik.
Faktor-faktor tersebut dinilai dapat mempengaruhi stabilitas margin dan realisasi produksi dalam jangka pendek.
Aditya memasang target saham STAA ke Rp1.400, sedangkan TAPG mencapai Rp1.700 per saham. Hingga Kamis (11/12) pukul 10:47 WIB, saham STAA koreksi 2,51 persen ke Rp1.360, sedangkan TAPG merosot 6,73 persen ke Rp1.385 per saham.
(kunthi fahmar sandy)