Intip Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah 8-12 Maret 2021
BI mencatat perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah secara periodik dengan kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) mencatat perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah secara periodik dengan kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi.
“Pada Rabu (10/3/2021), rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.395 per dolar AS. Kemudian, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,73%. Sedangkan, pada akhir Kamis (11/3/2021), DXY1 melemah ke level 91,42 dan Yield UST (US Treasury) Note2 10 tahun turun ke level 1,537%,” tulis Kepala Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Erwin Haryono, lewat keterangan tertulis Jumat (12/3/2021).
Kemudian, pada Jumat (12/3/2021) pagi, nilai tukar rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.330 per dolar AS, sedangkan Yield SBN 10 tahun turun ke level 6,69%. Lebih lanjut, untuk indicator aliran modal asing pada pekan ke dua Maret 2021, premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 75,52 bps per 11 Maret 2021 dari 77,34 bps per 5 Maret 2021.
Berdasarkan data transaksi 8-10 Maret 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp7,83 triliun, dengan jual neto di pasar SBN sebesar Rp6,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,96 triliun.
Lanjutnya, jika dilihat berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp5,89 triliun.
Sementara itu, berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada pekan kedua di Maret 2021, perkembangan harga pada bulan Maret 2021 diperkirakan inflasi sebesar 0,09% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2021 secara tahun kalender sebesar 0,45% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,37% (yoy).
Penyumbang utama inflasi Maret 2021 sampai dengan minggu kedua yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,04% (mtm), bawang merah sebesar 0,03% (mtm), ikan mas, tomat dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas cabai merah dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,03% (mtm).
“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” tandas Erwin. (TYO)