MARKET NEWS

Intip Prospek Saham Harita Nickel (NCKL) di Tengah Kenaikan Laba

Desi Angriani 16/08/2025 16:45 WIB

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel membukukan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun pada kuartal II-2025.

Intip Prospek Saham Harita Nickel (NCKL) di Tengah Kenaikan Laba (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel -  PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel membukukan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun pada kuartal II-2025, atau naik 2,9 persen secara tahunan (YoY) meski turun tipis 2,2 persen secara kuartalan (QoQ). 

Kinerja tersebut membawa laba bersih di semester I, tumbuh 46,18 persen menjadi Rp4,10 triliun dari periode yang sama sebelumnya yang sebesar Rp2,80 triliun.

Menurut riset Samuel Sekuritas, capaian tersebut melampaui ekspektasi berkat kontribusi laba entitas asosiasi yang lebih tinggi dari perkiraan.

Adapun kontribusi laba dari entitas asosiasi mencapai Rp1,2 triliun, atau melesat 93,7 persen YoY, ditopang peningkatan margin kas nikel sulfat (NiSO₄) menjadi USD5.000 per ton atau naik 22,6 persen QoQ.

Penurunan porsi laba untuk kepentingan nonpengendali menjadi Rp538 miliar turut mendukung kinerja perseroan seiring dengan peningkatan kepemilikan NCKL di ONC menjadi 40 persen dari sebelumnya 20 persen pada Juni 2025.

Proyek smelter nikel RKEF jadi pendorong pertumbuhan

Fase pertama proyek PT Karunia Permai Sentosa (KPS), yakni pembangunan smelter nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) telah rampung di kuartal I-2025. Sementara fase kedua yang memiliki empat jalur produksi telah mencapai 69 persen progres konstruksi dan ditargetkan beroperasi pada kuartal akhir dengan kapasitas total 60 ribu ton per tahun. 

Fase ketiga telah mencapai 30 persen dan diproyeksikan beroperasi pada kuartal I-2026. Total investasi proyek ini mencapai USD1,9 miliar.

Di sisi hulu, tambang GTS dengan investasi USD0,5 juta diperkirakan mulai beroperasi pada paruh kedua 2025, dengan bijih yang dihasilkan akan dikirim ke pabrik pengolahan menggunakan kapal tunda dan tongkang. 

Selain itu, NCKL tengah membangun pabrik kapur tohor (quicklime) berkapasitas 600 ribu ton per tahun dengan investasi USD70 juta, yang dijadwalkan mulai produksi pada kuartal IV-2025 untuk menekan biaya operasional HPAL.

"Seluruh proyek tersebut aman secara pendanaan karena telah dibiayai penuh oleh ekuitas saat harga nikel berada di level tinggi, sehingga risiko eksekusi relatif rendah dan memberi keunggulan kompetitif di tengah tren pelemahan harga logam," tulis analis Samuel Sekuritas Juan Oktavianus Harahap dalam risetnya, Jumat (15/8/2025).

Rekomendasi Buy, target harga naik

Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi Buy untuk NCKL dengan target harga yang dinaikkan menjadi Rp1.300 per saham. 

"Ini mencerminkan potensi kenaikan 30,6 persen dan valuasi P/E 2026 di 8,3 kali. Proyeksi laba NCKL untuk 2025–2026 direvisi naik 15,2–34,4 persen berkat peningkatan kepemilikan di ONC dan penurunan proyeksi biaya kas, sementara proyeksi 2027 dinaikkan 7,8 persen," tulis Juan.

Meski harga nikel melemah, prospek jangka panjang NCKL dinilai masih menjanjikan dengan katalis utama berasal dari ekspansi KPS, kontribusi tambang GTS, dan penurunan biaya HPAL melalui pabrik quicklime baru. 

Risiko yang perlu dicermati meliputi potensi penurunan harga nikel akibat lemahnya permintaan dari China dan perubahan regulasi.

>

(DESI ANGRIANI)

SHARE