MARKET NEWS

Intip Prospek Saham Perbankan di Tengah Kenaikan Bunga Deposito Dolar 4 Persen

Dinar Fitra Maghiszha 30/09/2025 10:31 WIB

Victor menerangkan, kenaikan bunga deposito dolar berpotensi menarik lebih banyak dana pihak ketiga (DPK) dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Intip Prospek Saham Perbankan di Tengah Kenaikan Bunga Deposito Dolar 4 Persen. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Empat bank milik negara, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) kompak menaikkan suku bunga deposito valas (USD time deposit/TD) menjadi 4 persen per tahun.

Kebijakan ini akan berlaku efektif pada 5 November 2025 dan mencakup semua tier saldo serta tenor hingga 12 bulan.

Langkah tersebut dinilai berpotensi meningkatkan likuiditas valas bank-bank BUMN, meskipun memberikan konsekuensi tekanan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dalam jangka pendek.

Analis BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Victor Stefano menyebutkan, dampak hal tersebut terhadap kinerja bank relatif terbatas. "Kami mencatat dampaknya akan minimal, hanya sekitar 1–3 basis poin pada biaya dana (cost of fund/CoF) dan 0,4–1,5 persen pada penurunan laba bank BUMN," ujarnya dalam riset, Selasa (30/9/2025).

Victor menerangkan, kenaikan bunga deposito dolar berpotensi menarik lebih banyak dana pihak ketiga (DPK) dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Namun, di sisi lain, terdapat risiko deposan mengalihkan simpanan dari rupiah ke dolar.

"Tingkat bunga deposito dolar yang lebih tinggi bisa mempercepat proses deposit dollarization, apalagi di tengah penurunan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin secara year-to-date," katanya.

Selain itu, BRIDS juga menilai potensi tekanan terhadap rupiah perlu diwaspadai. Tingkat bunga dolar yang lebih menarik dapat mendorong investor, baik domestik maupun asing, beralih ke aset dolar.

Victor menilai kondisi tersebut bisa melemahkan rupiah sekaligus menekan permintaan kredit dalam denominasi dolar.

Meski ada potensi risiko, BRIDS menekankan sisi positif kebijakan ini terhadap likuiditas domestik.

Kenaikan bunga deposito valas dinilai dapat mendorong peningkatan likuiditas rupiah melalui operasi moneter dan skema swap valuta asing yang dijalankan Bank Indonesia.

“Kebijakan ini pada akhirnya dapat menopang likuiditas dan perekonomian domestik, meski tetap ada risiko terhadap kualitas aset yang harus diwaspadai,” kata dia.

Dari sisi valuasi saham perbankan, BRIDS mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor perbankan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dinilai masih menjadi pilihan utama jangka panjang karena fundamental yang solid. BRIDS memberi BBCA rating 'Buy' dengan target saham ke Rp11.900 dan price to earnings ratio (P/E) 2025 sebesar 16,1 kali dan return on equity (ROE) 21,4 persen.

Sementara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mendapat rating 'Buy' dengan target Rp5.000, BMRI diproyeksi memiliki P/E 8,1 kali dan ROE 17,3 persen. Kemudian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga 'Buy' ditargetkan Rp4.800 dengan P/E 7,7 kali dan ROE 12,3 persen.

Untuk bank syariah, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) direkomendasikan 'Buy' dengan target harga Rp2.900, P/E 15,8 kali, dan ROE 16,2 persen.

Adapun PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) diberikan rekomendasi 'Hold' dengan target harga Rp1.400, P/E 5,4 kali, dan ROE 10 persen.

PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) juga direkomendasikan 'Hold' dengan target Rp1.500, P/E 8,9 kali, dan ROE 12,3 persen.

Secara keseluruhan, BRIDS menilai prospek saham perbankan masih dipengaruhi oleh dinamika likuiditas dan kualitas aset.

Risiko jangka pendek yang perlu diperhatikan, ujar Victor, mencakup potensi pengetatan likuiditas, memburuknya kualitas aset lebih cepat dari perkiraan. 

"Juga intervensi pemerintah yang meningkat,” katanya.

(Dhera Arizona)

SHARE