Investor Abaikan Jerome Powell, Bursa AS Menguat
Wall Street menguat di tengah keraguan bahwa suku bunga akan naik setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan peringatan.
IDXChannel - Wall Street menguat di tengah keraguan bahwa suku bunga akan naik setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan peringatan.
Powell menyatakan, perjuangan untuk memulihkan stabilitas harga masih panjang. Namun, pasar tenaga kerja yang lebih stabil menunjukkan kenaikan inflasi yang lebih lambat.
Banyak investor percaya suku bunga AS telah mencapai puncaknya. Melansir Reuters, Sabtu (11/11/2023) CPI inti dari bulan ke bulan diperkirakan naik 0,3% pada Oktober, dengan kenaikan tahun ke tahun sebesar 4,1%.
Kedua estimasi kenaikan tersebut sama dengan yang terjadi di bulan September. Sentimen konsumen AS turun selama empat bulan berturut-turut di bulan November dan ekspektasi rumah tangga untuk inflasi naik lagi, dengan prospek jangka menengah mereka untuk tekanan harga pada level tertinggi dalam lebih dari belasan tahun.
Indeks MSCI untuk kinerja ekuitas global (.MIWD00000PUS) ditutup naik 0,76%, sementara indeks utama Wall Street melonjak 1% atau lebih. Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 1,15%, S&P 500 (.SPX) menguat 1,56% dan Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 2,05%, lonjakan persentase terbesar sejak Mei.
Untuk minggu ini, Dow naik 0,7%, S&P 500 naik 1,3% dan Nasdaq naik 2,4%. Sebelumnya di Eropa, indeks pan-regional STOXX 600 (.STOXX) ditutup turun 1,0%, dilansir reuters (11/11/2023).
Imbal hasil obligasi AS melonjak pada Kamis setelah lelang obligasi berjangka waktu 30 tahun yang lemah.
Imbal hasil tambahan yang dibutuhkan untuk menjual obligasi tersebut adalah yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir, demikian pula jumlah yang harus ditanggung oleh para dealer.
Direktur pelaksana untuk strategi investasi dan alokasi aset Dec Mullarkey mengatakan, para investor khawatir mengenai prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dan gejolak harga yang mungkin terjadi.
Futures menunjukkan sekitar 35% kemungkinan Fed akan memangkas suku bunga pinjaman semalam sebesar 25 basis poin pada bulan Mei mendatang, menurut alat FedWatch CME, tetapi pasar memperkirakan suku bunga tersebut akan tetap di atas 5% hingga Juni.
Saham-saham Asia ditutup turun hari ini karena kekhawatiran terhadap RRT, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, muncul kembali setelah data pada Kamis menunjukkan harga-harga konsumen RRT kembali turun.
Di pasar mata uang, indeks dolar turun 0,11% menjadi 105,79, dengan euro naik 0,16% menjadi USD1,0683. Yen Jepang melemah melemah 0,12% menjadi 151,51 per dolar. Dolar menyentuh level tertinggi satu minggu terhadap dolar Australia dan Selandia Baru.
Harga minyak naik hampir 2% karena beberapa pelaku pasar terus mengambil keuntungan dari posisi terendah, namun tetap berada di jalur penurunan untuk minggu ketiga di tengah tanda-tanda melambatnya permintaan.
Minyak mentah AS naik USD1,43 menjadi USD77,17 per barel, sementara Brent naik USD1,42 menjadi USDS81,43 per barel. Emas turun lebih dari 1%, menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut, karena permintaan safe-haven berkurang. Emas berjangka AS ditutup turun 1,6% pada USD1.937,70 per ons.
(DES)