Investor Berlindung di Saham HMSP-GGRM saat IHSG Loyo
Saham rokok menjadi saham defensif pilihan di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung anjlok belakangan ini.
IDXChannel – Saham emiten rokok menjadi pilihan investor di tengah performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung anjlok belakangan ini.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (20/3), IHSG berada di level 6.612 atau merosot hingga 0,98 persen.
Bahkan, IHSG sempat menyentuh level psikologis 6.500 pada pekan lalu, setelah turun signifikan dari level psikologis 6.800 dalam dua minggu terakhir.
Di samping itu, anjloknya IHSG juga disertai dengan merosotnya nilai transaksi harian di bursa saham Tanah Air.
Tercatat, likuiditas perdagangan IHSG secara year to date (YTD) mencapai Rp10 triliun, yaitu merosot tajam dibanding rata-rata transaksi harian pada 2022 yang mencapai Rp14,7 triliun.
Menurut riset RHB Sekuritas bertajuk “Market Strategy: Be Defensive Now, Focus on Cyclical Sector in 2H” yang diterbitkan pada Selasa (14/3), nilai transaksi harian IHSG turun karena investor sedang wait and see.
“Kami percaya kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga di atas dari perkiraan sebelumnya berkontribusi pada penurunan likuiditas perdagangan IHSG karena pasar cenderung menunggu keputusan The Fed sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam jumlah besar,” tulis riset tersebut.
Sementara, secara YTD, IHSG juga sudah merosot hingga 3,48 persen. Meski demikian, saham emiten rokok justru banyak dikoleksi oleh investor di saat kondisi pasar sedang loyo seperti saat ini.
Melansir data BEI pada Senin (20/3), saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memimpin melambungnya saham-saham rokok, yakni terkerek 39,03 persen secara YTD.
Menyusul GGRM, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga melesat hingga 35,71 persen sepanjang 2023. Sementara, saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) juga naik sebesar 25,40 persen secara YTD. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di samping itu, selain mengungguli performa IHSG, melesatnya saham-saham rokok juga ditopang oleh naiknya kinerja perusahaan hingga potensi dari pembagian dividen pemain rokok.
Riset Bahana Sekuritas pada 21 Februari 2023 bertajuk “Indonesia Tobacco” mengatakan, pemulihan mobilitas hingga daya beli masyarakat turut mendongkrak penjualan produk unggulan industri rokok.
Di samping itu, potensi dividend yield yang cukup tinggi juga menjadi faktor pendorong.
“Mengingat risiko cukai yang tinggi pada tembakau di Indonesia, kami percaya bahwa emiten rokok masih dapat bertumbuh ditopang oleh potensi dividend yield yang tinggi dari pemain rokok pada 2023,” tulis riset tersebut.
Sementara, melansir data Bahana Sekuritas, dividend yield dari HMSP diproyeksi bakal mencapai 5,7 persen, disusul oleh GGRM yang dividend yieldnya mencapai 4,9 persen pada 2023.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.