Investor Menanti Rilis Suku Bunga The Fed, Bursa Asia Bergerak Mixed
Bursa saham Asia dibuka bergerak variatif pada perdagangan hari ini (31/1) jelang pengumuman suku bunga acuan The Fed.
IDXChannel - Bursa saham Asia dibuka bergerak variatif pada perdagangan hari ini (31/1) jelang pengumuman suku bunga acuan The Fed.
Indeks Nikkei Jepang menguat ke level 27.458,60, dan Indeks Strait Times Singapura melemah 0,18 atau 6,02 poin ke 3.375,70.
Sementara Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,55 persen atau 120,53 poin ke 22.190,27 dan Indeks SSEC Shanghai China tergelincir 0,10 persen atau 3,18 poin ke 3.266,14.
Mengutip Bloomberg, Selasa (31/1/2023), Bursa AS memangkas kenaikan bulanan pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, di mana Nasdaq 100 mengalami hari terburuk sejak 22 Desember dan S&P 500 jatuh paling parah sejak 18 Januari setelah penurunan di Apple Inc dan Microsoft Corp membebani kedua indeks tersebut.
Imbal hasil obligasi Australia dan Selandia Baru naik, menyusul kenaikan sekira tiga basis poin pada suku bunga acuan Treasuries 10 tahun.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada Rabu, memperlambat langkahnya untuk sesi kedua berturut-turut. Tetapi para pedagang akan memerhatikan nada pejabat yang ditetapkan untuk pertemuan mendatang.
Ketua Fed, Jerome Powell menekankan, pihaknya tidak akan bergerak (menurunkan suku bunga) sampai inflasi mereda secara signifikan. Saham masih reli di bulan Januari, dengan investor nampaknya menepis peringatan Powell "lebih tinggi untuk lebih lama".
Investor juga menunggu laporan pekerjaan AS akhir pekan ini. Pasar tenaga kerja yang tidak terlalu ketat adalah tujuan utama The Fed.
Investor juga telah menguraikan sejumlah laporan pendapatan, termasuk dari Alphabet Inc dan Meta Platforms Inc minggu ini. Tanda-tanda tekanan pendapatan telah meningkatkan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi dan prospek saham.
Kristen Bitterly dari Citi Global Wealth mengatakan, reli di Januari bersifat teknis karena sebagian besar didorong oleh "laggards and loser" pada 2022.
Minyak sedikit berubah setelah jatuh ke level terendah dalam tiga minggu pada hari Senin, menuju penurunan bulanan ketiga, karena pedagang bullish pada permintaan China menunggu rebound konsumsi.
(FAY)