Investor Relations Berbagi Kiat Menggaet Calon Pemodal
Indonesia Investor Relations Forum (IIRF) 2025 sebagai acara penting karena menghadirkan pengalaman investor relations dari berbagai emiten besar di tanah air.
IDXChannel - Peran investor relations di Indonesia lebih unik jika dibandingkan dengan praktik di beberapa negara lain. Hal ini menjadikan Indonesia Investor Relations Forum (IIRF) 2025 sebagai acara penting karena menghadirkan pengalaman investor relations dari berbagai emiten besar di tanah air.
Panel diskusi IIRF 2025 yang pertama terdiri dari Chief Economist and Macro Strategist PT BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto, Head of Investor Relations PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Ignatius Teguh Prayoga, dan Vice President IR PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Andi Setiawan, serta Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) Devin Wirawan.
Dari sisi AKR Corporindo, Yoga mengungkapkan, tim investor relations di perusahaannya hanya berisi dua orang termasuk dirinya sendiri. Ada saatnya Yoga menyiasati jika memang dalam sehari begitu banyak jadwal yang harus didatangi.
“Cukup menarik karena kita di segmen mining dan plantation ya, jadi memang terkenal ke profitability kita yang memang biasanya sih kalau look of term-nya AKR, memang biasanya sih di first queue,” ujarnya dalam acara IIRF 2025 di Main Hall BEI, Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Dari sisi sekuritas, Helmy mengatakan, BRI Danareksa Sekuritas melihat suatu konferensi ini sebagai suatu event untuk agregasi dari para pendengar, dari para investor.
“Jadi saya rasa dibandingin Yoga, datang ke suatu negara, kunjungan ke beberapa kota gitu ya, dengan menggunakan conference itu kaya dalam dua hari dan 15 clients, 20 clients,” ujar Helmy.
Sementara itu dari SRTG, Devin mengungkapkan, Saratoga tidak memiliki formula khusus terkait jumlah personel investor relations. Sehingga, biasanya sebelum tahun fiskal mulai, tim investor relations akan memberikan agenda, event-event apa yang dihadirkan, dan juga beberapa meeting yang akan coba ditargetkan.
“Kalau dilihat dari secara keseluruhan itu, opex dari Saratoga itu sangat kecil, jadi gaji dan lain-lain pengeluaran itu kurang dari 1 persen NEV kami,” ujar Devin.
“Tapi kalau dilihat dari jumlah karyawan, beserta saya itu tim investor relations ada tiga orang, dari total sekitar 50, jadi bisa dikisarkan sekitar 5-6 persen untuk kontribusi investor relations kepada perusahaan,” katanya.
Sedangkan Andi dari perusahaan telekomunikasi menuturkan, Mitratel mempunyai budaya menyeimbangkan antara channel conference dengan non-deal roadshow. Untuk sistem rayu pilih sebanyak mungkin investor, konferensi dinilai lebih efektif.
“Kita bisa ketemu dengan 30-40 investor dalam satu hari. Tapi ketika kita bicara intimacy, itu non-deal roadshow itu lebih baik. Kita datang ke kantor investor, kita punya satu waktu dedicated dengan mereka, dan juga dari kacamata investornya itu sendiri, mungkin di hari itu, kalau kita di satu conference, di hari itu investor itu ketemu dengan 10-20 company,” kata Andi.
Umumnya, banyak perusahaan menggabungkan peran investor relations dengan Corporate Secretary atau Sekretaris Perusahaan. Padahal, kompetensi kedua profesi ini memiliki tantangan yang berbeda.
Sekretaris Perusahaan fokus pada kepatuhan peraturan, tata kelola, serta koordinasi internal. Sementara seorang profesional investor relations harus menguasai analisis keuangan, hubungan dengan pasar, hingga strategi komunikasi investor.
Mereka juga mengungkap rahasia dan praktik umum di balik kesuksesan perusahaan-perusahaan ternama dalam membangun tim investor relations yang tangguh. Dari pemilihan teknologi mutakhir hingga pengembangan talenta, sehingga alat digital, sistem alur kerja, dan keterampilan menyatu untuk membentuk dasar kebiasaan sehari-hari bagi para profesional investor relations yang berkualitas.
(Dhera Arizona)