IPO Termoncer, Saham ‘Boy’ Thohir Adaro Minerals (ADMR) Meroket 1.660 Persen
Baru melantai di bursa sejak 3 Januari 2022, PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR) sudah mencatatkan pertumbuhan harga saham di atas 1.600 persen.
IDXChannel – Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR) turut meramaikan gelaran Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun 2022.
Adapun BEI mencatat, emiten batu bara ini manggung perdana di bursa sejak 3 Januari 2022 lalu dengan dana IPO mencapai Rp660,71 miliar. Sementara harga IPO ADMR berada di level Rp100/saham.
Sebagaimana dilansir dari keterbukaan informasi, BEI, sebanyak 58,8 persen dari dana tersebut hendak digunakan untuk pemberian pinjaman kepada PT Maruwai Coal (MC) sebagai anak usahanya. Pinjaman tersebut dialokasikan untuk belanja modal perusahaan.
Di samping itu, perolehan dana IPO juga digunakan untuk membayar kembali pinjaman dari perusahaan induknya yakni Adaro Energy. Adapun utang ADMR terhadap emiten ini mencapai Rp2,69 triliun.
Saham ADMR sendiri turut dimiliki oleh Garibaldi ‘Boy’ Thohir. Sebelum IPO, kakak dari Menteri BUMN, Erick Thohir ini menguasai 8,25 persen saham ADMR. Porsi tersebut terbagi atas kepemilikan PT Adaro Energy (6,18 persen) dan PT Trinugraha Thohir (0,66 persen).
Sementara saat ini, kepemilikan ADMR terbesar dimiliki oleh induk usahanya yaitu PT Adaro Energy (ADRO) sebesar 68,5 persen atau 28 miliar lembar saham. Sementara kepemilikan publik mencapai 15 persen.
Selain itu, anak usaha ADRO lainnya juga memiliki saham di ADMR. Anak usaha tersebut diantaranya PT Adaro Mining Technologies (8,83 persen) dan PT Alam Tri Abadi (6,46 persen).
Perusahaan yang berdiri sejak 2007 ini semula bernama PT Jasapower Indonesia. Adapun terdapat lima perusahaan pemegang saham Jasapower yaitu Lahai Coal (LC), Maruwai Coal (MC), Sumber Barito Coal (SBC), Kalteng Coal (KC), dan Juloi Coal (JC).
Melalui anak usahanya, ADMR memiliki lima konsesi tambang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah seluas 146.579 hektare.
Per 31 Agustus 2021, kelima konsesi tersebut memiliki sumber daya mencapai 980 juta ton batu bara dan cadangan sebesar 170,7 juta ton. Dilansir dari laman resmi perusahaan, kelima PKP2B ini merupakan area tambang batu bara baru terbesar di dunia.
Di bulan Agustus tahun lalu, Jasapower Indonesia mengubah namanya menjadi Adaro Minerals Indonesia seiring dengan akuisisi 99 persen kepemilikan LC oleh PT Alam Tri Daya Indonesia (ATDI).
Harga Saham Langsung Terbang Setelah IPO
Semenjak menjadi pendatang baru di BEI, harga saham ADMR sudah meroket di atas 1.000 persen.
Bahkan, emiten batu bara ini sempat disuspensi hingga beberapa kali lantaran dalam kurun dua minggu sahamnya terus naik tanpa pernah turun. Aksi suspensi tersebut pertama kali dilakukan pada 13 Januari 2022 serta pada 25 hingga 27 Januari 2022.
Adapun kinerja saham ADMR terhitung sejak IPO hingga Rabu (20/7) terus tumbuh hingga 1.660 persen menjadi Rp1.760/saham. Ini berarti ADMR menjadi emiten yang paling moncer dibanding perusahaan lain yang baru melenggang di bursa.
Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) ini mencatatkan kinerja keuangan positif di tengah harga saham yang melambung.
Berdasarkan laporan keuangannya di triwulan I-2022, pendapatan bersih ADMR tumbuh hingga 188,76 persen secara year on year/yoy.
Di periode ini, ADMR mencetak pendapatan bersih hingga Rp2,64 triliun. Sedangkan di triwulan I tahuh lalu, pendapatan bersih emiten ini hanya sebesar Rp914,66 miliar.
Sementara laba bersih ADMR di triwulan I-2022 melonjak hingga 836,47 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
ADMR membukukan laba bersihnya sebesar Rp1,21 triliun pada triwulan pertama tahun ini. Sedangkan di triwulan I-2021, laba bersih ADMR sebesar Rp129,23 miliar.
Melesatnya laba bersih ADMR didukung oleh tumbuhnya pendapatan bersih yang signifikan di periode ini. Adapun pendapatan ADMR sebagian besar disumbang penjualan batu bara pihak berelasi yakni dari PT Coltrade Services International sebanyak Rp1,98 triliun.
Selain itu, kapitalisasi pasar perusahaan batu bara yang didirkan pada 25 September 2007 ini mencapai Rp71,95 triliun. (ADF)
Periset: Melati Kristina
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.