Jagokan Saham Mitratel (MTEL), Ini Sederet Alasan Morgan Stanley
MTEL memiliki eksposur yang relatif lebih rendah dibandingkan kompetitornya terhadap dampak merger dari PT Indosat Tbk dan H3I atau dikenal dengan IOH.
IDXChannel - Bank investasi global asal Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, menetapkan saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), sebagai saham yang dijagokan di industri menara.
Saham emiten yang juga dikenal dengan sebutan Mitratel tersebut menjadi satu-satunya saham sektor menara dengan rating Overweight atau setara dengan Buy.
Morgan Stanley dalam laporan risetnya yang dipublikasikan pada 30 Juli 2023 memilih MTEL menjadi saham pilihan dengan tiga alasan utama.
Pertama, MTEL memiliki eksposur yang relatif lebih rendah dibandingkan kompetitornya terhadap dampak merger dari PT Indosat Tbk dan H3I atau dikenal dengan IOH.
Menurut perhitungan sekuritas asing tersebut, kontribusi pendapatan dari IOH hanya 18% saja sehingga berpotensi membuat pendapatan MTEL dapat tumbuh 7-8% dibandingkan dengan kompetitornya yang diproyeksi hanya tumbuh dengan laju mid-single digit.
Kedua, Morgan Stanley juga menilai neraca atau balance sheet MTEL lebih kuat dibandingkan dengan kompetitornya.
"Kami memandang ruang untuk perusahaan menara melakukan merger dan akuisisi (M&A) cenderung terbatas mengingat rasio pengungkit/leverage (net debt/EBITDA) mendekati 5x, kecuali MTEL," tulis Morgan Stanley, dalam laporan risetnya.
Dengan rasio net debt/EBITDA kurang dari 2x, jauh lebih rendah dari kompetitornya, MTEL memiliki dua keuntungan utama yaitu memiliki keleluasaan untuk ekspansi serta mendapatkan proteksi yang lebih besar di tengah suku bunga tinggi.
Ketiga, faktor potensi kenaikan Return on Invested Capital (ROIC). Di dunia keuangan, ROIC merepresentasikan seberapa baik suatu perusahaan mengalokasikan modalnya untuk proyek atau investasi yang menguntungkan.
"Sebagaimana yang telah kami sampaikan, ROIC merupakan leading indicator untuk melihat apakah suatu perusahaan akan mengalami re-rating atau de-rating secara valuasi. Setiap perubahan ROIC akan turut mengubah valuasi EV/EBITDA," tulis Morgan Stanley.
Untuk di industri menara, ROIC MTEL diproyeksi naik sebesar 20 poin persentase dari 2022-2025. Sementara itu, ROIC kompetitor MTEL diperkirakan cenderung flat dan bahkan menurun.
Dengan ketiga alasan di atas, Morgan Stanley mematok target price MTEL di Rp800/saham dan memproyeksi EBITDA serta laba bersih MTEL untuk tahun 2023 masing-masing sebesar Rp6,8 triliun dan Rp 2,0 triliun.
Untuk diketahui, hingga semester I-2023, EBITDA MTEL telah mencapai Rp 3,4 triliun sementara laba bersihnya tembus Rp 1 triliun atau tumbuh 16% year on year dan 15% year on year dibanding periode yang sama dengan tahun lalu. Dengan demikian capaian kinerja MTEL di paruh pertama 2023 telah sejalan dengan ekspektasi Morgan Stanley. (TSA)