MARKET NEWS

Jangan Keburu Nafsu, Simak Dulu Kinerja Keuangan Bank Himbara Sebelum Beli Sahamnya

Aditya Pratama 30/08/2021 14:36 WIB

Siapa yang tidak ingin punya saham Himpunan Bank Negara (Himbara), apalagi ada jaminan dari pemerintah agar tak mengalami kebangkrutan.

Jangan Keburu Nafsu, Simak Dulu Kinerja Keuangan Bank Himbara Sebelum Beli Sahamnya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Siapa yang tidak ingin punya saham Himpunan Bank Negara (Himbara), apalagi ada jaminan dari pemerintah agar tak mengalami kebangkrutan. Tapi jangan keburu nafsu dulu, yuk simak kinerja emitan perbankan BUMN ini sebelum mencoba memilikinya.

Bank Himbara sendiri memiliki empat anggota, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Semuanya berhasil mencatatkan penguatan di pertengahan tahun 2021.

MNC Portal Indonesia merangkum kinerja empat perbankan BUMN berdasarkan laporan keuangan kuartal II-2021. Pertama, kinerja BRI menorehkan catatan positif, dimana Perseroan membukukan laba bersih konsolidasi mencapai Rp12,54 triliun, meningkat sebesar 22,93 persen secara tahunan (year on year/yoy). 

Pertumbuhan tersebut didorong oleh kredit mikro BRI yang tercatat Rp366,56 triliun, tumbuh 17 persen yoy pada kuartal II-2021. Selain itu, penyaluran kredit BRI tercatat mencapai Rp929,40 triliun atau tercatat tumbuh positif dibandingkan penyaluran kredit BRI pada akhir kuartal II-2020 sebesar Rp922,97 triliun. 

Kredit mikro memiliki komposisi sebesar 39,44% dari total penyaluran kredit. Komposisi itu sejalan dengan angka yang ditarget menuju kredit mikro 45 persen dari total portofolio kredit 2025. 

Kedua, kinerja BNI juga mengalami catatan positif, dimana laba bersih konsolidasi tumbuh 12,8 persen yoy menjadi Rp5,02 triliun pada paruh pertama tahun ini. Pertumbuhan laba bersih tersebut seiring dengan peningkatan pendapatan bunga dan non bunga. 

Adapun pendapatan bunga bersih bank sebesar Rp19,3 triliun atau tumbuh 18,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, pendapatan non bunga BNI meningkat 19,2 persen menjadi Rp6,8 triliun pada paruh pertama tahun 2021. 

Adapun penyaluran kredit BNI per Juni 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen yoy menjadi Rp569,7 triliun. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari BNI pun naik 4,5 persen yoy menjadi Rp646,57 triliun, dan total aset perusahaan tumbuh 5 persen menjadi Rp875,13 triliun. 

Ketiga, kinerja Bank Mandiri turut mengalami peningkatan, dimana laba bersih Perseroan tumbuh 21,45 persen menjadi Rp12,5 triliun. Capaian ini terutama disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 21,50 persen menjadi Rp35,16 triliun, serta pertumbuhan pendapatan berbasis jasa (fee based income) sebesar 17,27 persen menjadi Rp15,94 triliun.

Dari sisi pertumbuhan bisnis, Perseroan mencetak pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 16,4 persen secara tahunan yoy menjadi Rp1.014,3 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh segmen wholesale banking yang tumbuh 7,13 persen YoY menjadi Rp534,2 triliun.

Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Bank Mandiri secara konsolidasi hingga kuartal II 2021 mencatatkan pertumbuhan 19,73 persen yoy menjadi Rp1.169,2 triliun. Dana murah mendominasi DPK dengan komposisi sebesar 68,49 persen. Pertumbuhan dana murah terutama di dorong oleh pertumbuhan giro (bank only) sebesar 40,9 persen yoy.

Keempat, kinerja BTN turut mencatatkan hasil positif dengan kenaikan laba bersih sebesar 19,87 persen yoy dari Rp768 miliar menjadi menjadi Rp920 miliar. Kenaikan ini terjadi karena beragam strategi BTN mulai dari efisiensi, digitalisasi, perampingan outlet, hingga meningkatkan fee based income melalui transaksi non-kredit.

Kenaikan laba turut ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan yang tumbuh 5,59 persen yoy. Pertumbuhan penyaluran kredit tersebut juga disertai dengan perbaikan kualitas dan peningkatan pencadangan untuk menjaga bisnis terus tumbuh berkelanjutan.

Kemudian, BTN mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar 5,59 persen secara yoy dari Rp251,83 triliun menjadi Rp265,9 triliun. 

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi masih menjadi motor utama penggerak penyaluran kredit Bank BTN dengan kenaikan sebesar 11,17 persen yoy menjadi Rp126,29 triliun pada kuartal II-2021. KPR Non-subsidi juga tumbuh perlahan di level 0,90 persen yoy menjadi Rp80,59 triliun, dan kredit konsumer non-perumahan juga tercatat meningkat di level 17,47 persen yoy menjadi Rp5,43 triliun.

Sementara itu, pergerakan harga saham-saham emiten perbankan BUMN secara year to date (ytd) antara 1 Januari sampai dengan perdagangan Jumat (27/8/2021) mengalami penurunan. 

Saham BBRI ditutup menurun pada perdagangan akhir pekan lalu sebesar Rp30 atau 0,78 persen ke Rp3.840 per saham. Harga saham BBRI secara ytd turun sebesar 7,91 persen. Namun, dalam kurun waktu setahun terakhir saham BBRI mengalami kenaikan 22,29 persen.

Kemudian, saham BBNI ditutup meningkat pada perdagangan akhir pekan lalu sebesar Rp75 atau 1,44 persen ke Rp5.300 per saham. Harga saham BBNI secara ytd turun sebesar 14,17 persen. Namun, dalam kurun waktu setahun terakhir saham BBNI mengalami kenaikan 13,25 persen.

Lalu, saham BMRI ditutup menurun pada perdagangan akhir pekan lalu sebesar Rp25 atau 0,43 persen ke Rp5.800 per saham. Harga saham BMRI secara ytd turun sebesar 8,30 persen, dan dalam kurun waktu setahun terakhir mengalami penurunan 0,85 persen.

Terakhir, saham BBTN ditutup meningkat pada perdagangan akhir pekan lalu sebesar Rp10 atau 0,72 persen ke Rp1.400 per saham. Harga saham BBTN secara ytd turun sebesar 18,84 persen. Namun, dalam kurun waktu setahun terakhir saham BBTN mengalami kenaikan 10,67 persen. (TYO)

SHARE