MARKET NEWS

Jelang Akhir Pekan, Bursa Asia Menguat Ikut Euforia Wall Street

Maulina Ulfa - Riset 19/01/2024 10:01 WIB

Bursa saham Asia menguat pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (19/1/2024).

Jelang Akhir Pekan, Bursa Asia Menguat Ikut Euforia Wall Street. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (19/1/2024). Penguatan ini mengekor Wall Street semalam seiring kabar positif perusahaan yang mendorong saham-saham teknologi.

Indeks KOSPI Korea Selatan, Hang Seng Hong Kong, indeks ASX 200 Australia, hingga indeks Nikkei 225 Jepang menguat. Sementara indeks Shanghai Composite China justru turun.

Pada pukul 09.08 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,36 persen di level 15.446,9. Sementara indeks KOSPI Korea Selatan menguat 0,97 persen di level 2.463,8. Pada saat bersamaan, indeks Shanghai Composite China turun 0,26 persen di level 2.838,26.

Indeks ASX 200 di Australia menghijau 0,77 persen di level 7.403. Indeks Nikkei 225 Jepang menguat paling tebal pada perdagangan pagi ini dengan kenaikan 1,33 persen di level 35.936,73. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sementara dari Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,23 persen pada waktu yang sama di level 7.243. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup menghijau 0,73 persen ke level 7.252 pada Kamis (19/1).

Dari negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street berakhir naik tajam pada perdagangan Kamis (18/1/2024) waktu setempat, dengan S&P 500 mendekati rekor tertinggi karena optimisme AI mendorong keuntungan di Nvidia dan pembuat chip lainnya.

Mengutip Reuters, S&P 500 naik 0,88 persen mengakhiri sesi pada 4.780,94 poin. Indeks acuan tersebut turun hanya 0,3 persen dari rekor penutupan tertinggi pada Januari 2022. 

Nasdaq menguat 1,35 persen menjadi 15.055,65 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average naik 0,54 persen menjadi 37.468,61 poin.

Penguatan Wall Street didukung saham Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) yang terdaftar di AS melonjak hampir 10 persen setelah pembuat semikonduktor kontrak terbesar di dunia itu memproyeksikan pertumbuhan pendapatan pada tahun 2024 sebesar lebih dari 20 persen karena meningkatnya permintaan akan chip kelas atas yang digunakan dalam aplikasi kecerdasan buatan.

Data terbaru Jepang juga menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) inti di Jepang, yang tidak termasuk makanan segar namun mencakup biaya bahan bakar, naik 2,3 persen pada bulan Desember 2023.

Angka ini melambat dari kenaikan 2,5 persen pada bulan November dan mencatat angka terendah sejak Juni 2022.

Angka inflasi inti terbaru Jepang ini juga sejalan dengan ekspektasi pasar. Data tersebut menunjukkan tanda-tanda lebih lanjut berkurangnya tekanan inflasi di Jepang, menghilangkan tekanan dari bank sentral untuk segera menaikkan suku bunga.

Pada Desember lalu Bank of Japan mempertahankan pengaturan moneter yang akomodatif dan tidak memberikan komentar mengenai kemungkinan penyesuaian terhadap normalisasi kebijakan moneter tahun ini.

Investor sekarang menantikan keputusan kebijakan BOJ minggu depan. Namun, angka inflasi inti masih di atas target bank sentral sebesar 2 persen selama 21 bulan berturut-turut.

Sementara penurunan indeks Shanghai Composite didukung oleh saham-saham China yang melemah karena investor menunggu tanda-tanda langkah stimulus baru dari Beijing.

Awal pekan ini, data menunjukkan bahwa perekonomian China tumbuh 5,2 persen secara tahun-ke-tahun pada kuartal keempat 2023. Angka ini bahkan meleset dari perkiraan ekspansi sebesar 5,3 persen.

Pasar memperkirakan bahwa ekonomi China berpotensi mengalami deflasi dan pemulihan ekonomi yang lemah di mana kondisi ini akan memaksa pengambil kebijakan untuk menerapkan lebih banyak langkah dukungan kebijakan pada tahun ini.

Sejumlah saham kelas berat tampak membebani indeks Shanghai Composite seperti Longi Green Energy (-1,9 persen), Eoptolink Technology (-1,5 persen), iSoftStone (-5,3 persen), Shanghai Dragon (-1,4 persen) dan Tianqi Lithium (-1,3 persen). (ADF)

SHARE