MARKET NEWS

Jelang Berdansa di Lantai Bursa, Pengamat Apresiasi Peruntukan Dana IPO Blibli

Taufan Sukma/IDX Channel 07/11/2022 14:47 WIB

struktur permodalan yang lebih longgar juga membuat Blibli lebih memungkinkan untuk membagikan dividen di masa mendatang.

Jelang Berdansa di Lantai Bursa, Pengamat Apresiasi Peruntukan Dana IPO Blibli (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau lebih dikenal dengan nama Blibli tengah bersiap untuk melakukan pencatatan perdana (listing) sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/11/2022).

Proses tersebut sebagai puncak dari proses Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) yang dilakukan perusahaan, dengan melepas 17.771.205.900 saham barunya ke publik dengan harga perdana sebesar Rp450 per saham. Dengan demikian, dana segar yang diraup Blibli dari keseluruhan proses IPO sedikitnya sebesar Rp7,99 triliun.

Dari nominal sebesar itu, sebesar Rp5,5 triliun diantaranya telah disiapkan peruntukannya, yaitu sebagai pelunasan seluruh saldo utang fasilitas perbankan. Baru, sisa dari dana hasil IPO tersebut rencananya bakal dimanfaatkan sebagai modal kerja perusahaan.

"(Dana sebesar Rp5,5 triliun) Itu kan digunakan untuk mengurangi utang, sehingga dapat mengurangi posisi DER (Debt to Equity Rasio/rasio utang terhadap modal). Artinya ada perbaikan struktur modal, sehingga perusahaan jadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset yang dimiliki," ujar Peneliti dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana, Senin (7/11/2022).

Tak hanya pengelolaan aset yang lebih fleksibel, menurut Andri, struktur permodalan yang lebih longgar juga membuat Blibli lebih memungkinkan untuk membagikan dividen di masa mendatang.

Selain itu, secara industri yang digeluti, Andri meyakini ada peluang yang cukup besar yang dimiliki Blibli untuk berkembang secara lebih maksimal, seperti halnya perusahaan e-commerce di luar negeri.

Misalnya saja Amazon dan Alibaba yang mampu melakukan ekspansi secara masif. Lalu ada Rakuten di Jepang yang berawal dari platform diskon dan cashback, namun kini telah memiliki gurita bisnis demikian luas, hingga memiliki bisnis perhotelan.

"Mereka sustain karena memiliki bisnis di beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit sekali pun, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya yang sedang terdampak ekonomi. Yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan," tutur Andri.

Di lain pihak, Andri juga menjawab kekhawatiran sejumlah pihak terhadap prospek bisnis perusahaan rintisan (startup) yang hampir selalu identik dengan nilai utang yang menggunung.

Menurut Andri, kondisi tersebut wajar bagi sebuah perusahaan rintisan yang notabene belum lama memulai bisnisnya, sehingga membutuhkan gelontoran agar investasi agar pengembangan bisnis ke depan bisa lebih maksimal.

"Startup itu memiliki utang untuk investasi dan pengembangan bisnis. Artinya itu utang yang produktif, bukan konsumtif. Selama utang itu sehat dan terukur dari segi DER, profitabilitias dan likuiditasnya, maka wajar-wajar saja. Bukan masalah," ungkap Andri.

Hingga Juni 2022 lalu, pendapatan Blibli tercatat melonjak sebesar 127 persen secara tahunan, menjadi Rp6,71 triliun dari Rp2,99 triliun. Pada saat yang sama, perusahaan yang terafiliasi dengan Djarum Group tersebut juga mengantongi laba bruto sebesar Rp560,8 miliar, naik dari Rp225,7 miliar, untuk perbandingan periode yang sama. Hal itu mencerminkan rasio laba bruto (gross profit margin) sebesar 8,35 persen.

Performa bisnis Blibli hingga semester II-2022 juga meningkat. Total Processing Value (TPV) pada 2021 tercatat sebesar Rp32,4 triliun, meningkat 45 persen dari Rp22,4 triliun pada 2020, terutamanya dikontribusikan oleh pertumbuhan dari seluruh segmen bisnis Blibli, termasuk segmen ritel 1P, ritel 3P, institusi dan toko fisik.

Monthly Active Customer (MAU), yang merupakan kombinasi jumlah pelanggan unik untuk segmen ritel 1P dan ritel 3P yang berinteraksi dengan produk atau jasa pada platform Blibli.com dan/atau tiket.com, pada 2021 tercatat mencapai 38,4 juta pelanggan, meningkat dari 31,1 juta pelanggan pada tahun sebelumnya.

Kemudian jumlah pelanggan institusi Blibli pada 2021 juga meningkat dari 80.752 pelanggan menjadi 153.057 pelanggan. Pelanggan institusi termasuk institusi swasta maupun pemerintah. (TSA)

SHARE