JPMorgan Prediksi BI Pangkas Suku Bunga 25 Bps di Juli, Simak Dampaknya buat IHSG
Bank Indonesia (BI) diperkirakan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat di pertengahan Juli mendatang.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) diperkirakan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat di pertengahan Juli mendatang.
Proyeksi ini disampaikan analis JPMorgan, Siddharth Jamad, dalam riset terbarunya, dikutip dari Dow Jones Newswires, Rabu (2/7/2025).
Jika prediksi ini terealisasi, suku bunga acuan BI akan turun menjadi 5,25 persen.
Menurut Jamad, peluang penurunan suku bunga ditopang oleh sejumlah faktor, antara lain inflasi yang tetap terkendali, stabilitas nilai tukar rupiah, cadangan devisa yang solid, serta surplus neraca dagang pada Mei yang lebih tinggi dari perkiraan.
Ia menambahkan, ruang pelonggaran tambahan masih terbuka jika kondisi keuangan global membaik, khususnya jika imbal hasil obligasi AS dan nilai dolar melemah.
Angin Segar
Pengamat pasar modal, Michael Yeoh, menilai, pelonggaran suku bunga bisa menjadi angin segar bagi perekonomian nasional. “Banyak pelaku pasar yang menunggu momen pemangkasan suku bunga ini,” katanya, Kamis (3/7/2025).
Michael juga menyinggung sentimen global yang turut memengaruhi arah pasar, khususnya tekanan politik di Amerika Serikat (AS). “Apalagi, menyusul tekanan dari Trump terhadap Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell,” ujar Michael.
“Trump bahkan menginginkan suku bunga di kisaran 1 persen. Jika ini terjadi, maka akan terjadi capital outflow dari negara maju di AS dan ini merupakan sinyal positif untuk negara-negara emerging market, salah satunya Indonesia,” imbuhnya.
Namun, Michael mengingatkan, pemangkasan suku bunga di dalam negeri juga membawa potensi risiko yang perlu diwaspadai.
“Perlu digarisbawahi, pemangkasan suku bunga memiliki side effect negatif, yaitu potensi terjadi capital outflow juga jika dilakukan oleh BI,” katanya.
Karena itu, menurut dia, stabilitas nilai tukar rupiah tetap perlu dicermati.
Meski begitu, Michael menilai kondisi rupiah saat ini masih cukup stabil. “Kabar baiknya, rupiah saat ini cukup kuat di angka Rp16.245 per USD, dan posisi indeks dolar (DXY) yang saat ini berada di level 96 turut mendukung penguatan rupiah ini,” ujar Michael.
Dampak ke IHSG
Michael juga memproyeksikan dampak positif terhadap pasar saham, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), jika BI benar-benar memangkas suku bunga.
“IHSG akan cenderung bergerak menguat jika BI melakukan pemangkasan suku bunga, karena sinyal positif dari pemangkasan suku bunga akan membuat penyaluran dana ke masyarakat semakin besar,” katanya.
Selain itu, ia menilai dampaknya juga akan terasa pada perbankan. “M2 (uang beredar) yang meningkat tentunya akan meningkatkan loan growth serta marjin bunga bersih (NIM) dari perbankan,” tuturnya.
Michael pun menyebut, dengan dominasi saham perbankan di IHSG, peluang penguatan indeks cukup besar. “Berhubung IHSG memiliki weighting terbesar di perbankan, maka ada potensi penguatan di Juli ini,” katanya.
Ia juga menambahkan catatan menarik soal pola historis IHSG di Juli. “Secara historical, 10 tahun ke belakang, IHSG selalu menguat di Juli,” ujar Michael.
Sebelumnya, dilansir dari Reuters, Selasa (1/7), Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan masih terdapat ruang untuk menurunkan suku bunga guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Perry saat menghadiri Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (1/7), bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Lebih lanjut, Perry menyampaikan proyeksi BI terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank sentral memperkirakan ekonomi nasional akan tumbuh sekitar 5 persen pada 2025, dan berada di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen pada 2026.
BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 15-16 Juli 2025 mendatang. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.