‘Jualan’ Jumbo di Bursa Saham, Asing Pilih Parkir Dana di SBN?
Investor asing mengalihkan dananya dari pasar saham ke Surat Berharga Negara (SBN) sebagai antisipasi akan kemungkinan resesi di tahun 2023.
IDXChannel - Investor asing tampaknya lebih memilih memarkir dananya di pasar obligasi pemerintah RI ketimbang di bursa saham saat ini. Potensi resesi pada 2023 kemungkinan turut menjadi alasan asing berinvestasi di aset berisiko rendah.
Melansir Laporan Ekonomi dan Keuangan yang dirilis oleh Kementerian Keuangan Kebijakan Fiskal pada periode 12-18 Desember 2022, aliran modal asing mulai masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN), yakni sebesar Rp22,94 triliun.
Hal ini seiring dengan kinerja positif pasar SBN sepanjang triwulan IV tahun 2022 yang tercermin dari terjaganya imbal hasil SBN di tengah melonjaknya yield surat utang negara-negara emerging markets atau negara dengan ekonomi rendah menuju menengah.
Mengutip laporan Kemenkeu sebagaimana yang disebut di atas, sepanjang tahun 2022, yield SBN 10 tahun meningkat secara moderat sebesar 56 basis points (bps).
Sementara yield US treasury tenor 10 tahun telah melonjak sebesar 206 bps secara year to date. Sedangkan di bulan November – Desember 2022, yield tersebut hanya naik sebesar 59 bps ke level 6,94 persen.
Senior Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai, investor lebih tertarik beralih ke SBN karena memberikan tingkat pengembalian investasi (return) yang pasti dan minim risiko karena pasar saham saat ini sedang mengalami tingkat volatilitas yang tinggi karena sejumlah faktor.
“Investor memfaktorkan kekhawatiran resesi global, salah satunya yakni lonjakan inflasi yang tidak diimbangi pertumbuhan ekonomi progresif yang berpotensi terjadinya stagflasi,” Kata Nafan dalam wawancara dengan IDX Channel, Kamis (29/12).
Nafan juga menjelaskan, investor sedang mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter yang tengah dijalankan oleh bank sentral dalam mengatasi lonjakan inflasi hingga kebijakan hawkish yang menyebabkan investor cenderung menempatkan dananya di aset dengan risiko rendah seperti SBN.
Tak hanya soal inflasi, menurut Nafan sejumlah faktor global juga memengaruhi keputusan investor asing dalam mengalihkan dananya ke SBN.
Faktor tersebut diantaranya ketegangan geopolitik perang Rusia-Ukraina yang berpotensi mengurangi pasokan minyak di negara Eropa, keputusan bank sentral global dalam mengerek tingkat suku bunga acuan, hingga kenaikan kasus Covid-19 di China yang membuat investor asing khawatir.
“Sentimen-sentimen negatif ini menyebabkan kekhawatiran investor asing sehingga mereka mencatatkan net sell (jual bersih) jumbo dalam sebulan terakhir sehingga diperkirakan tak ada Santa Claus Rally tahun ini,” ujar Nafan.
Melansir data Bursa Efek Indonesia, angka net buy (beli bersih) investor asing di pasar reguler anjlok signifikan dari Rp11,28 triliun di bulan Oktober menjadi Rp735 miliar di bulan November 2022.
Sementara per Kamis (29/12), dalam sebulan belakangan investor asing telah mencatatkan net sell jumbo di pasar reguler sebesar Rp17,77 triliun.
Nafan menambahkan, beralihnya investor asing dari pasar saham ke SBN juga dipengaruhi fundamental makroekonomi yang solid, stablitas nilai rupiah, hingga tingkat inflasi yang terkendali.
Adapun, melansir data Bank Indonesia, inflasi nasional per November 2022 berada di level 5,42 persen atau turun sebesar 0,29 poin dari bulan sebelumnya.
Sementara menurut Survei Pematauan Harga pada minggu kedua Desember, diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,37 persen secara bulanan (mtm).
Senada dengan Nafan, pengamat pasar modal sekaligus founder WH Project, William Hartanto menyebutkan, beralihnya investor asing dari pasar saham ke SBN turut dipengaruhi oleh kekhawatiran akan resesi ekonomi.
“Namun, tidak jadi masalah, karena sifatnya hanya sementara. Apabila nantinya kekhawatiran resesi sudah reda maka dana tersebut akan kembali ke saham,” ujar William kepada IDX Channel pada Kamis (29/12).
Sementara, menurut William, beralihnya investor asing ke SBN juga berpengaruh terhadap nilai transaksi perdagangan saham di bursa yang cenderung sepi belakangan ini.
Perdagangan Saham Cenderung Sepi
Beralihnya para investor asing ke SBN ditengarai menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perdagangan di bursa cenderung sepi dalam kurun seminggu terakhir.
Setidaknya, sejak Senin (19/12), nilai transaksi perdagangan di bursa hanya sebesar Rp10,6 triliun.
Adapun nilai transaksi perdagangan bursa dalam jumlah sedikit juga berlangsung hingga Kamis (22/12). BEI mencatat, pada Kamis (22/12), nilai transaksi saham di bursa hanya mencapai Rp8,3 triliun.
Melanjutkan nilai transaksi saham yang sepi di bursa sepekan terakhir, nilai transaksi pada Selasa (27/12) mencapai Rp8,52 triliun. Bahkan, pada Senin (26/12), nilai transaksi saham di bursa hanya mencapai Rp6,4 triliun.
Padahal, rerata transaksi harian selama bulan Desember di tahun 2020 mencapai Rp18,4 triliun. Sedangkan di bulan Desember tahun lalu sebesar Rp12,3 triliun.
Sedangkan transaksi rerata harian sepanjang 2022 mencapai Rp14-an triliun.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.