MARKET NEWS

Kabar Komoditas: Batu Bara Turun, Nikel dan CPO Anjlok di Atas 1 Persen

Maulina Ulfa - Riset 25/03/2024 09:30 WIB

Sejumlah komoditas ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (22/3/2024).

Kabar Komoditas: Batu Bara Turun, Nikel dan CPO Anjlok di Atas 1 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Sejumlah komoditas ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (22/3/2024).

Minyak sawit alias crude palm oil (CPO) ditutup turun 1,44 persen, Sedangkan nikel anjlok 1,69 persen. Batubara melemah 0,43 persen, mengakhiri tren bullish yang sempat membawa optimisme pasar.

Batu Bara

Harga batu bara berjangka Newcastle ditutup di kisaran USD127 per ton, turun 0,43 persen pada penutupan perdagangan pekan lalu.

Penurunan harga batu bara didorong karena investor mempertimbangkan kelebihan pasokan di China ditambah berkurangnya ekspor dari Rusia.

Sanksi barat dan meningkatnya persaingan telah menyebabkan penurunan ekspor batu bara Rusia ke Asia, dengan ekspor pada bulan Februari turun sebesar 21,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, meski permintaan meningkat, China diperkirakan tidak akan meningkatkan impor batu bara pada tahun 2024, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar.

Namun, China juga dikabarkan menambang 705,27 juta metrik ton batu bara dalam dua bulan pertama tahun ini, turun dari 734,23 juta metrik ton pada tahun sebelumnya.

Selain itu, Shanxi, provinsi penghasil batu bara terkemuka di China juga menerapkan kebijakan produksi baru untuk menstabilkan produksi dan mencegah kelebihan produksi.

Sebaliknya, ketergantungan India pada batu bara masih tetap besar, seiring dengan meningkatnya pembangkit listrik tenaga batu bara pada bulan Januari 2024, meskipun ada upaya untuk meningkatkan sumber energi terbarukan.

CPO

Minyak sawit berjangka Malaysia alias futures CPO bertahan di kisaran MYR4188 per ton hingga sesi penutupan perdagangan pekan lalu, anjlok 1,44 persen.

Penurunan harga CPO disebabkan karena para pedagang mencerna data dari Southern Peninsular Palm Oil Millers Association (SPPOMA) yang menunjukkan produksi pada 1-20 Maret naik sebesar 22,4 persen secara bulanan.

Pada saat yang sama, pasar menunggu angka produksi yang lebih luas dari Asosiasi Minyak Sawit Malaysia untuk mendapatkan panduan lebih lanjut.

Di negara pembeli utama yakni China, data PMI resmi untuk bulan Maret akan dirilis minggu ini. Untuk minggu lalu, kontrak pembelian sawit menunjukkan penurunan pertama dalam lima, sejauh ini tergelincir sekitar 1 persen, terseret oleh aksi ambil untung (profit taking baru-baru ini.

Ini terjadi setelah harga mencapai level tertinggi dalam lebih dari setahun pada minggu lalu di lebih dari MYR 4.300.

Sementara itu, harga minyak nabati saingan CPO melemah sementara minyak mentah semakin turun karena isu gencatan senjata di Gaza.

Di tempat lain, unit pengolahan minyak sawit terintegrasi pertama di negara pembeli utama, India, telah memulai operasi secara komersial. Ini menandai langkah negara tersebut dalam perjalanan negara tersebut menuju kemandirian minyak nabati.

Nikel

Nikel berjangka (futures) anjlok 1,68 persen di kisaran USD17.045 per ton pada penutupan perdagangan pekan lalu, setelah menyentuh level terendah dalam satu bulan pada tanggal 21 Maret lalu.

Harga nikel sebelumnya dalam tren positif didukung oleh harapan peningkatan permintaan karena investor memperkuat pertaruhan mereka terhadap penurunan suku bunga setelah pertemuan bank sentral utama dunia.

Namun, momentum positif ini terbatas karena peningkatan proses persetujuan kuota pertambangan dari produsen utama Indonesia.

Indonesia telah mengeluarkan kuota produksi sebesar 152,62 juta ton bijih nikel sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan menyelesaikan prosesnya pada akhir Maret.

Selain itu, waktu tunggu pabrik untuk produksi nikel sedikit memanjang dalam beberapa bulan terakhir namun lebih rendah dari rata-rata historis, yang menunjukkan bahwa kondisi permintaan masih berada di bawah tingkat normal. (ADF)

SHARE