Kaleidoskop IHSG 2025: Dari Trading Halt hingga Rekor demi Rekor
2025 menjadi salah satu periode paling bergejolak sekaligus bersejarah bagi pasar saham Indonesia.
IDXChannel - 2025 menjadi salah satu periode paling bergejolak sekaligus bersejarah bagi pasar saham Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka tahun dengan tekanan berat, sempat dua kali dihentikan perdagangannya, sebelum akhirnya bangkit dan mencetak rekor demi rekor pada paruh kedua tahun ini.
Perjalanan IHSG sepanjang 2025 memperlihatkan betapa sensitifnya pasar terhadap sentimen global, dinamika politik domestik, hingga ekspektasi kebijakan fiskal dan arus modal asing.
Awal Tahun: Tekanan Tarif Trump dan Arus Keluar Dana Asing
IHSG mengawali 2025 dalam bayang-bayang ketidakpastian global. Kebijakan tarif impor yang kembali digulirkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memicu kekhawatiran perang dagang jilid baru. Narasi tersebut langsung menekan aset berisiko, termasuk saham-saham di negara berkembang.
Tekanan global itu tercermin dari derasnya arus keluar dana asing, membuat IHSG bergerak volatil dan cenderung melemah sejak Januari hingga awal Maret.
Maret-April: Dua Trading Halt dalam Waktu Singkat
Puncak kepanikan pasar terjadi pada 18 Maret 2025. IHSG ambruk tajam pada sesi I perdagangan dan sempat merosot 5,02 persen ke level 6.146,91, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt selama 30 menit. Ini menjadi trading halt pertama IHSG sepanjang 2025.
Belum genap sebulan, guncangan kembali terjadi. Pada 8 April 2025, tepat di hari pertama perdagangan setelah libur panjang Idulfitri, IHSG sempat anjlok hingga 9,19 persen di pembukaan. BEI kembali menghentikan perdagangan selama 30 menit.
Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, dua kali trading halt mencerminkan rapuhnya kepercayaan investor di tengah ketidakpastian global, terutama terkait arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Mei-Juni: Rebound Perlahan, Pasar Bernapas Lega
Memasuki Mei 2025, sentimen pasar mulai membaik. Kesepakatan dagang awal antara Amerika Serikat (AS) dan China berhasil meredakan kekhawatiran resesi global. Pasar saham dunia pun berbalik menguat, termasuk IHSG.
Pada 15 Mei 2025, IHSG kembali melesat, mengikuti reli global. Momentum positif ini berlanjut hingga Juni, meski pasar masih dibayangi konflik geopolitik dan narasi perang dagang yang belum sepenuhnya mereda.
Agustus: MSCI, Saham Konglomerat, dan Rekor Baru
Sentimen IHSG memasuki fase yang jauh lebih konstruktif pada Agustus. Pada 14 Agustus 2025, IHSG melampaui rekor tertinggi yang terakhir disentuh pada September 2024.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, reli ini terutama dipicu oleh keputusan MSCI yang menaikkan peringkat Indonesia, sehingga membuka peluang inflow asing yang lebih besar dibanding negara Asia lainnya.
Michael menjelaskan, bursa merespons positif dengan saham-saham bluechip dan konglomerat yang bergerak serempak menguat, sehingga kenaikan IHSG terjadi begitu masif.
Sehari berselang, 15 Agustus 2025, IHSG menembus level psikologis 8.000 untuk pertama kalinya, menandai fase baru reli pasar saham Indonesia.
Akhir Agustus-Awal September: Tekanan Politik Domestik
Euforia tersebut tidak bertahan lama. Menjelang akhir Agustus hingga awal September, IHSG kembali tertekan akibat aksi demonstrasi besar-besaran di Jakarta dan sejumlah kota besar. Kepercayaan investor terguncang setelah eskalasi politik yang dipicu insiden bentrokan saat demonstrasi di depan gedung DPR.
Pada 29 Agustus 2025, IHSG sempat anjlok hingga 2,3 persen secara intraday, sebelum menutup perdagangan dengan pelemahan 1,53 persen.
Tekanan berlanjut pada awal September, kali ini dipicu kabar reshuffle kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran, yang menyeret nama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Pada 8-9 September 2025, IHSG melemah tajam. Michael Yeoh menilai, isu reshuffle memberi tekanan signifikan karena Sri Mulyani kerap dipandang sebagai fondasi stabilitas ekonomi Indonesia. Ketidakpastian ini membuat investor kembali bersikap defensif.
Medio September: Rebound dan Munculnya “Purbaya Effect”
Pasar mulai menemukan titik balik pada pertengahan September. Setelah pengunduran diri Sri Mulyani, pemerintah menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan baru.
Pada 12 September 2025, IHSG mencatat rebound setelah tertekan beberapa hari sebelumnya. Pasar merespons positif pernyataan Purbaya soal suntikan dana Rp200 triliun ke bank-bank Himbara serta komitmen meningkatkan belanja pemerintah.
Meski begitu, analis mengingatkan bahwa ekspektasi pasar perlu dibarengi pembuktian data dan kinerja keuangan. Istilah “Purbaya Effect” pun mulai muncul, menggambarkan harapan pasar terhadap dampak kebijakan fiskal ke depan.
September-Desember: Reli Berlanjut, Rekor demi Rekor
Optimisme kembali menguat. Pada 23 September 2025, IHSG berhasil mencetak all-time high (ATH) baru, didorong reli saham-saham konglomerat dan maraknya aksi korporasi.
Momentum ini berlanjut hingga kuartal IV. Sepanjang semester II-2025, IHSG mencatat lebih dari 20 kali rekor tertinggi, menegaskan kuatnya minat investor terhadap pasar saham domestik.
Puncaknya terjadi pada 11 Desember 2025, ketika IHSG menorehkan rekor tertinggi di level 8.776,97, di tengah reli lanjutan saham konglomerat dan ekspansi bisnis emiten besar.
Menjelang akhir tahun, IHSG bergerak lebih volatil dan cenderung konsolidatif, seiring aksi ambil untung dan menurunnya aktivitas perdagangan jelang libur Natal dan Tahun Baru.
Meski demikian, IHSG tetap bertahan di level tinggi, menutup 2025 sebagai salah satu tahun paling dinamis dalam sejarah pasar modal Indonesia. IHSG melonjak 20,59 persen sepanjang 2025, per data penutupan pasar 26 Desember 2025, kenaikan tahunan tertinggi sejak 2017. (Aldo Fernando)