MARKET NEWS

Kebijakan OPEC dan UE Bikin Harga Minyak Mentah Melonjak 

Dinar Fitra Maghiszha 05/12/2022 09:52 WIB

Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Februari naik 1,74% di USD87,09 er barel pukul 09:25 WIB

Kebijakan OPEC dan UE Bikin Harga Minyak Mentah Melonjak (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak mentah melonjak lebih dari 1 persen pada hari Senin (5/12/2022) setelah negara anggota organisasi pengeskspor minyak bumi dan sekutunya (OPEC+) mempertahankan kebijakan pemangkasan mereka. 

Pada saat yang sama, sejumlah kota di China mengumumkan pelonggaran pembatasan Covid-19, yang diharapkan dapat memacu permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Februari naik 1,74% di USD87,09 er barel pukul 09:25 WIB, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tumbuh 1,72%, menjadi USD81,43 per barel.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, pada Minggu lalu (4/12) sepakat untuk tetap berpegang pada rencana Oktober mereka untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari (bpd) dari November hingga 2023.

Analis mengatakan, keputusan tersebut bakal sejalan dengan kebijakan Uni Eropa dan negara G7 untuk membatasi harga jual Rusia sebesar USD60 per barel.

"Keputusan tersebut mencerminkan masih akan ada ketidakpastian pasokan dan permintaan dalam beberapa bulan mendatang," kata analis ANZ Research dalam catatan, dilansir Reuters, Senin (5/12/2022).

Apabila kebijakan UE diterapkan, kelompok negara biru tersebut diproyeksikan akan mengganti minyak mentah Rusia dengan minyak dari Timur Tengah, Afrika Barat dan Amerika Serikat, yang akan memperkuat harga minyak setidaknya dalam waktu dekat, kata wakil presiden Wood Mackenzie Ann-Louise Hittle dalam sebuah catatan .

"Harga saat ini terbebani oleh ekspektasi pertumbuhan permintaan yang lambat, meskipun ada larangan impor minyak UE untuk minyak mentah Rusia dan batasan harga G7. Penyesuaian larangan UE dan batasan harga kemungkinan akan mendukung harga sementara," kata Hittle.

Sementara itu, faktor utama yang membebani permintaan adalah kebijakan nol-Covid China. Kendati demikian, regulasi tersebut tampak mulai mereda setelah adanya gelombang protes di beberapa kota, termasuk Beijing dan Shanghai.

(DES)

SHARE