MARKET NEWS

Kembali Naik, Ekspor Furniture Nasional Tembus USD1,69 Miliar

Fahmi Abidin 11/03/2019 12:00 WIB

Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional mengalami kenaikan hingga USD1,69 miliar (sekitar Rp23,66 triliun) atau naik 4% dibanding 2017.

Kembali Naik, Ekspor Furniture Nasional Tembus USD1,69 Miliar. (Foto: Ist)

IDXChannelKementerian Perindustrian mencatat kinerja ekspor industri furnitur Indonesia memperlihatkan tren yang positif dalam tiga tahun terakhir.

Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional mengalami kenaikan hingga USD1,69 miliar (sekitar Rp23,66 triliun) atau naik 4% dibanding 2017.

Jika dilirik lagi ke belakang, pada 2016 nilai ekspornya mencapai USD1,60 miliar, lalu naik menjadi USD1,63 miliar di 2017.

“Industri furnitur merupakan salah satu sektor strategis dalam menopang perekonomian nasional. Selain itu, berperan penting dalam mendukung kebijakan hilirisasi industri karena berbasis sumber daya alam lokal, yang terus dipacu nilai tambahnya,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Minggu (10/3).

Sekadar diketahui, Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan dunia, dengan daerah potensial rotan di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.

Selain itu, sumber bahan baku kayu di Indonesia juga sangat besar, mengingat potensi hutan yang sangat luas hingga 120,6 juta hektare dengan terdiri dari hutan produksi mencapai 12,8 juta Ha.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur nasional melalui beberapa kebijakan, antara lain melalui program bimbingan teknis produksi, promosi dan pengembangan akses pasar, serta penyiapan SDM industri furnitur yang kompeten.

Guna mencapai sasaran tersebut, Kemenperin telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah.

Menperin menambahkan, dalam upaya menggenjot daya saing industri furnitur nasional, diperlukan kreativitas dan inovasi desain produk yang mengikuti selera pasar terkini agar mampu kompetitif hingga kancah global.

“Artinya, industri furnitur harus mampu creating the needs, deliver the needs. Apalagi, kita kaya dengan budaya,” terangnya.

Airlangga menyambut baik penerapan sistem ganda (70% praktik dan 30% teori) pada proses pembelajaran di Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu. Konsep dual system yang dikembangkan Swiss tersebut diyakininya akan menghasilkan lulusan yang benar-benar sesuai kebutuhan masa depan, terutama dalam memasuki era industri 4.0. (*)

 

SHARE