MARKET NEWS

Ketegangan Geopolitik Mereda, Rupiah Menguat ke Rp16.195

Anggie Ariesta 03/07/2025 17:05 WIB

Penguatan rupiah didorong oleh meredanya ketegangan di Timur Tengah setelah muncul kabar gencatan senjata selama 60 hari dalam konflik Israel-Gaza.

Ketegangan Geopolitik Mereda, Rupiah Menguat ke Rp16.195 (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 51,5 poin atau sekitar 0,32 persen ke level Rp16.195 per USD pada Kamis (3/7/2025) seiring dengan meredanya tensi geopolitik global.

Menurut analis pasar uang Ibrahim Assuaibi, penguatan rupiah didorong oleh meredanya ketegangan di Timur Tengah setelah muncul kabar gencatan senjata selama 60 hari dalam konflik Israel-Gaza. Di saat yang sama, perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Iran juga masih berjalan, sehingga memberikan angin segar bagi pasar global.

"Fokus pasar terhadap data Nonfarm Payrolls (NFP) yang dirilis sehari lebih awal dari biasanya karena hari libur kemerdekaan Amerika Serikat besok hari Jumat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (3/7/2025).

Dari sentimen global, lapangan pekerjaan AS diproyeksi bertambah sekitar 110.000 pada Juni, atau lebih rendah dibandingkan Mei yang mencapai 139.000. Data ini menjadi acuan penting bagi arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan, terutama di tengah spekulasi bahwa bank sentral AS akan segera memangkas suku bunga.

Isu pemangkasan suku bunga juga kembali mencuat usai Donald Trump mendesak The Fed untuk menurunkan bunga acuan.

Selain itu, pasar turut menyoroti dinamika politik di Washington terkait RUU pajak dan belanja kontroversial yang dinilai dapat memperburuk kondisi fiskal AS.
Kekhawatiran meningkatnya utang pemerintah telah memicu tekanan pada pasar obligasi AS, yang pada akhirnya turut menekan nilai dolar.

Dari dalam negeri, tekanan eksternal ikut mempengaruhi ekspektasi pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia dan IMF kompak memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia pada 2025.

Bank Dunia menurunkan outlook dari 5,10 persen menjadi 4,70 persen, sementara IMF merevisi dari 4,90 persen menjadi 4,70 persen. Revisi ini didasarkan pada faktor global seperti perlambatan perdagangan, tekanan terhadap ekspor komoditas, serta turunnya investasi asing langsung.

Kondisi ini menjadi alarm bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk meracik strategi fiskal dan moneter yang lebih adaptif, termasuk memperkuat sektor riil dan mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Mengacu pada kondisi terkini, Ibrahim memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat dan bergerak fluktuatif dalam rentang Rp16.140 hingga Rp16.200 per USD.

(DESI ANGRIANI)

SHARE