Kinerja AMMN Lesu, Laba MedcoEnergi (MEDC) Tergerus 81 Persen di Semester I-2025
PT MedcoEnergi Internasional Tbk (MEDC) mencatatkan penurunan laba bersih signifikan sebesar 81,5 persen pada semester I-2025.
IDXChannel - PT MedcoEnergi Internasional Tbk (MEDC) mencatatkan penurunan laba bersih signifikan sebesar 81,5 persen pada semester I-2025.
Perseroan hanya mampu membukukan laba sebesar USD37,18 juta atau sekitar Rp595 miliar (asumsi kurs Rp16.000/USD), turun tajam dari USD200,99 juta atau sekitar Rp3,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja yang melemah ini disebabkan oleh penurunan harga realisasi minyak, kontribusi negatif dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), serta biaya dry hole sebesar USD8,9 juta.
AMMN, yang merupakan bagian dari portofolio Medco, turut membebani kinerja setelah membukukan rugi bersih sebesar USD31 juta (Rp2,3 triliun) pada semester I-2025, berbalik dari laba USD99 juta pada tahun sebelumnya.
Penurunan ini dipicu oleh keterlambatan proses commissioning smelter baru dan fasilitas pemurnian logam mulia.
"Kinerja kami pada paruh pertama tahun ini mencerminkan ketahanan finansial portofolio Medco, meskipun harga minyak mengalami tekanan signifikan dibanding tahun lalu," ujar CEO MedcoEnergi Roberto Lorato, dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (31/7/2025).
Meskipun harga rata-rata minyak terkoreksi 14 persen dari USD81 menjadi USD70 per barel, EBITDA Medco masih relatif stabil di angka USD623 juta, hanya turun 4 persen dari USD650 juta pada semester I-2024. Sementara itu, harga gas tetap stabil di kisaran USD7 per mmbtu.
Dari sisi neraca, Medco berhasil menurunkan utang bersih menjadi USD2,1 miliar, dengan rasio utang terhadap EBITDA (net debt to EBITDA) tetap terjaga di 1,8x.
Upaya proaktif pengelolaan utang dilakukan melalui pelunasan obligasi senilai USD519 juta melalui tender offer dan buyback, serta penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I senilai Rp1 triliun pada Juni 2025.
Memasuki paruh kedua tahun, Medco menuntaskan akuisisi akretif 24 persen hak partisipasi Repsol di Blok Corridor PSC, yang diyakini akan memperkuat portofolio produksi.
Selain itu, beberapa proyek hulu migas seperti Lapangan Forel dan Terubuk di Natuna, ekspansi LTR Corridor, pengembangan Senoro Fase 2 dan Lapangan Suban, serta fasilitas Bisat-C ditargetkan memberikan kontribusi produksi tambahan secara signifikan hingga akhir 2025.
"Kami memasuki paruh kedua 2025 dengan semangat optimisme, seiring akuisisi akretif atas tambahan hak partisipasi di Wilayah Kerja Corridor serta mulai berproduksinya sejumlah proyek migas dan ketenagalistrikan baru," tutur Roberto.
(DESI ANGRIANI)