MARKET NEWS

Kinerja Bursa Asia Akan Dipengaruhi Sentimen Data Ekonomi China dan the Fed

Dinar Fitra Maghiszha 13/09/2021 08:53 WIB

Bursa saham di kawasan Asia diprediksi akan mendapatkan pengaruh dari sentimen data ekonomi China dan Amerika Serikat (AS).

Kinerja Bursa Asia Akan Dipengaruhi Sentimen Data Ekonomi China dan the Fed. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham di kawasan Asia diprediksi akan mendapatkan pengaruh dari sentimen data ekonomi China dan Amerika Serikat (AS). Apalagi, Beijing dilaporkan bakal mengeluarkan data penjualan ritel, output industri, dan investasi (FDI), pada Rabu depan (15/9)

Para analis khawatir keluarnya data tersebut semakin menunjukkan perlambatan ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar kedua itu. Sedangkan di AS tengah muncul pertimbangan untuk menaikkan pajak terhadap perusahaan dan sejumlah kalangan orang-orang kaya, meskipun bukan wacana baru, tetapi menjadi sorotan investor.

Belakangan ini China dikabarkan berencana untuk memecah Alipay, platform pembayaran digital terbesar Grup Ant, milik Jack Ma, dan membuat aplikasi pinjaman terpisah lainnya dengan harapan dapat lebih menguntungkan perusahaan.

Usulan diversifikasi platform pembayaran ini akan fokus terhadap aplikasi pinjaman dengan skema tanpa agunan yang dapat diakses oleh pengguna dari seluruh dunia.

Sementara itu, indeks harga konsumen AS tengah menjadi sorotan sejumlah pejabat Federal Reserve (the Fed). Bos Fed dari negara bagian Philadelphia, Patrick Harker berkomentar soal rencana tapering off akan dilaksanakan lebih lama.

"Pasar saham global bakal terpaku terhadap kebijakan quantitative easing (pelonggaran likuiditas dari bank sentral)," kata analis ANZ dalam sebuah laporan tertulis, dilansir Reuters, Senin (13/9/2021).

Kekhawatiran atas rencana tapering diprediksi semakin meningkat jelang pertemuan Fed berikutnya pada 21-22 September yang akan datang.

"Hal ini tidak mengejutkan. Petunjuk terbaru dari pejabat senior Fed bahwa agenda tapering akan diumumkan November ini," lanjutnya.

Seperti diketahui, bursa Wall Street tengah mengalami trend penurunan sejak Februari sejalan adanya keraguan perihal ketahanan pemulihan ekonomi global yang berimbas di sektor energi, perhotelan, dan pariwisata.

Trend tersebut sedikit-banyak bakal berpengaruh terhadap pergerakan saham di kawasan Asia. (TYO)

SHARE