Kinerja IHSG Terbaik Kedua Se-ASEAN, Masihkah yang Terkuat di Semester II-2023?
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) termasuk yang terbaik dari sejumlah negara-negara anggota ASEAN.
IDXChannel - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) termasuk yang terbaik dari sejumlah negara-negara anggota ASEAN. Meski sama-sama mengalami getir ketika masa pandemi Covid-19 dimulai, namun IHSG pulih lebih cepat dibantingkan negara tetangganya.
Secara year-to-date (YtD), IHSG sudah mengalami kenaikan hingga 0,46 persen sampai dengan hari ini. Bahkan, jika ditilik selama tiga tahun ke belakang, IHSG sudah terapresiasi hingga 28,93 persen, jauh lebih baik dibandingkan saat masa pandemi lalu.
Berkebalikan dengan IHSG, Strait Times Index (STI) milik Singapura justru mengalami koreksi 1,92 persen secara YtD. Sedangkan dalam tiga tahun belakangan juga telah turun sebanyak 1,84 persen.
Meski demikian, sama halnya dengan IHSG, STI juga sempat mencapai all time high pada 1 April 2022 lalu. Saat itu, STI berhasil berada di level 7.228,91.
Hal yang sama juga terjadi pada FTSE Bursa Malaysia KLCI Index atau KLSE, di mana indeks mengalami koreksi hingga 1 persen secara YtD. Sejak 2017 lalu, indeks KLSE memang terus melemah dan puncaknya saat pandemi covid-19, atau tepatnya 2 Maret 2020.
Ketika itu, KLSE berada pada level terendahnya di 1.350,89. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak 10 tahun terakhir.
Pelemahan juga terjadi pada Indeks SET milik Bursa Saham Thailand, di mana koreksi terjadi sangat dalam, yakni sebesar 7,28 persen secara YtD. Saat ini, indeks masih berkutat di level 1.553, jauh dari angka tertingginya 1.830 pada 1 Februari 2018 lalu.
Sedangkan Indeks FTSE Vietnam atau FVTT masih lebih baik dibandingkan ketiga bursa tetangga di atas. Secara YtD, indeks naik hingga 1,16 persen. Namun, angka saat ini masih berada jauh dari level tertinggi yang diraih indeks tersebut pada 1 Desember 2021.
Saat itu, FVTT berada di angka 592,89, yang menjadi level tertingginya sepanjang masa.
Menilik Gerak IHSG Semester II-2023
Dalam dua bulan terakhir, IHSG telah mengalami kenaikan sebanyak 198 poin atau 96 persen. Dimulai pada pembukaan perdagangan pada 3 Juli 2023 lalu di level 6.677,00 dan kini masih bergerak di kisaran 6.875,48.
Meski bergerak cukup volatil, namun IHSG masih terbilang cukup stabil karena gerakannya masih terhitung sideways. Berbeda dengan Semester I-2023 lalu, di mana kerja indeks sangat terseok-seok.
Kondisi ini membuat analis cukup optimis melkihat kinerja IHSG masih akan menembus level 7.000 hingga akhir tahun. Bahkan, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksi indeks akan berada di angka 7.600.
Head of Investment Information Mirae Asset, Martha Christina, menyatakan investasi asing di pasar saham dan obligasi Indonesia cukup terkendali. Padahal saat itu, investor asing ramai-ramai menarik modalnya dari sejumlah negara.
“Tren kenaikan Fed Fund Rate memang dapat memicu arus dana investor asing keluar dari negara berkembang termasuk Indonesia, tetapi dampaknya tidak akan besar karena saat ini porsi investor asing pada pasar saham dan pasar obligasi relatif rendah,” kata Martha dalam sebuah acara pada 10 Juli 2023 lalu.
Dia mengatakan porsi transaksi investor asing pada transaksi harian pasar saham hanya 35% dan porsi kepemilikan investor asing pada surat berharga negara (SBN) rupiah hanya 15%.
Angka itu terbilang rendah dibanding 45 persen dan 35 persen pada 10 tahun yang lalu ketika taper tantrum. Taper tantrum terjadi setelah pengurangan stimulus (tapering off) bank sentral AS pada 2013, yang memicu kenaikan nilai tukar dolar AS.
Selain dicabutnya status pandemi dan minimnya dampak kenaikan suku bunga, dia mengatakan optimisme terhadap IHSG tersebut juga ditambah beberapa faktor lain.
Di antaranya adalah nilai investasi asing langsung (FDI) yang tinggi, makroekonomi dari kinerja neraca berjalan dan cadangan devisa valas, potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat, potensi kenaikan harga komoditas pertanian (soft commodities), dan valuasi IHSG yang relatif murah. (TYO)