Kinerja Keuangan Membaik, Kimia Farma (KAEF) Pangkas Rugi 46,56 Persen di 2024
KAEF terus melakukan transformasi bisnis secara menyeluruh, dengan menjalankan tiga strategi utama untuk menghadapi dinamika industri farmasi nasional.
IDXChannel - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sukses memangkas posisi rugi Perseroan hingga 46,56 persen, dari RP2,26 triliun di 2023, menjadi hanya Rp1,2 triliun per akhir 2024 lalu.
Menurut Direktur Utama KAEF, Djagad Prakasa Dwialam, capaian ini menjadi tren positif yang mendorong Perseroan semakin optimistis dalam menyambut kinerja 2025, di tengah berbagai tantangan yang ada di industri farmasi nasional.
"Transformasi bisnis yang kami lakukan sejak tahun lalu telah berdampak positif terhadap pertumbuhan penjualan, penurunan COGS (beban pokok penjualan) dan penurunan beban usaha," ujar Djagad, dalam keterangan resminya, Senin (7/7/2025).
Menurut Djagad, dengan pertumbuhan penjualan yang fokus pada profitabilitas dan optimalisasi kinerja biaya, serta efektifnya restrukturisasi hutang pada beberapa bank, membuat Kimia Farma berhasil mencetak penurunan rugi bersih sebesar Rp1,05 triliun pada 2024 lalu. Capaian ini memperbaiki kinerja keuangan Kimia Farma dan meneruskan tren positif yang berkelanjutan di 2025 ini.
Djagad menjelaskan, pihaknya terus melakukan transformasi bisnis secara menyeluruh, dengan menjalankan tiga strategi utama untuk menghadapi dinamika industri farmasi nasional yang kompetitif, sekaligus untuk mewujudkan pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.
Pertama, penguatan fundamental bisnis melalui simplifikasi portofolio produk dengan mendorong produk unggulan yang bernilai tinggi dan memiliki margin kompetitif.
Kedua, optimalisasi saluran penjualan untuk memperluas jangkauan dan memperkuat penetrasi pasar, sehingga mampu meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Ketiga, memperkuat digitalisasi di sektor apotek dan inovasi produk melalui pengembangan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan tren kesehatan masyarakat.
"Di sisi lain, kami juga menjalankan optimalisasi keuangan melalui cost efficiency dan cost control, yaitu optimalisasi HPP dan pengendalian biaya operasional," ujar Djagad.
Melalui implementasi tersebut, dikatakan Djagad, pihaknya dapat memperkuat posisi di industri farmasi nasional, sekaligus mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Djagad menyatakan bahwa efisiensi yang telah dilakukan KAEF bersama seluruh entitas anak perusahaan berhasil menurunkan beban pokok penjualan (COGS) dan beban usaha. COGS Perseroan pada 2024 turun 1,02 persen menjadi Rp6,99 triliun, dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar Rp7,06 triliun.
Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan laba bruto perseroan sebesar 4,96 persen YoY (Year-on-Year). Sementara, beban usaha pada tahun 2024 juga turun 15,68 persen menjadi Rp3,79 triliun dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar Rp4,49 triliun.
"Hal ini menjadi capaian penting yang menunjukkan bahwa arah transformasi dan pembenahan internal yang ditempuh perseroan sudah berada di jalur yang tepat," ujar Djagad.
Djagad pun menegaskan bahwa proses transformasi Kimia Farma tidak boleh berhenti. Karenanya, Perseroan terus melakukan pembenahan internal, termasuk optimalisasi aset dan struktur bisnis sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin solid.
"
Kimia Farma berhasil menghadapi tantangan tersebut dan memanfaatkan berbagai peluang serta momentum pertumbuhan perekonomian nasional," ujar Djagad.
(taufan sukma)