Kinerja Moncer, Carsurin (CRSN) Optimistis Sambut Potensi Bisnis di 2024
CRSN sukses meraup pendapatan sebesar Rp444,43 miliar hingga akhir tahun.
IDXChannel - PT Carsurin Tbk (CRSN) berhasil membukukan kinerja positif dan sejumlah kerja sama strategis di sepanjang 2023 lalu.
Dari sisi kinerja keuangan, misalnya, emiten perintis di sektor pengujian, inspeksi, dan sertifikasi (Testing, Inspection, and Certification/TIC) di Indonesia tersebut sukses meraup pendapatan sebesar Rp444,43 miliar hingga akhir tahun.
Capaian tersebut tumbuh sebesar 22,31 persen dibanding realisasi pendapatan pada 2022 lalu, yang masih sebesar Rp363,37 miliar.
"Pendapatan pada periode tersebut terutama diperoleh dari sejumlah lini usaha utama kami, meliputi jasa inspection, testing, certification, consulting dan product sales," ujar Direktur Utama CRSN, Sheila Tiwan, dalam keterangan resminya.
Melihat hasil kinerja yang meyakinkan dan prospek cerah bisnis sektor TIC yang masih terjaga pada 2024, menurut Sheila, pihaknya pun optimistis bakal dapat meraih proyeksi target pendapatan yang telah ditetapkan pada 2024 sebesar Rp468,71 miliar.
"Kami percaya akan kinerja yang positif di tahun ini. Pertumbuhan industri TIC masih akan terus tumbuh positif seiring dengan kebutuhan industri atas komitmen terhadap lingkungan, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap regulasi, meningkatnya permintaan untuk produk dan layanan berkualitas dan berteknologi tinggi, meningkatnya kesadaran konsumen tentang keamanan dan kualitas produk hingga tuntutan dari pertumbuhan perdagangan global," tutur Sheila.
Di sepanjang 2023 lalu, CRSN berhasil mencetak laba kotor Rp229,67 miliar, tumbuh 25,17 persen dari Rp183,48 miliar pada 2022. Sementara, laba operasi Perseroan pada 2023 tercatat Rp54,39 miliar, tumbuh 11,67 persen dari Rp48,71 miliar pada 2022.
Dengan pencapaian laba bersih pada 2023 sebesar Rp27,8 miliar, Sheila meyakini bahwa capaian laba bersih pada 2024 bakal mampu mencapai Rp39,08 miliar. Sementara, pendapatan perseroan diproyeksikan mencapai Rp468,71 miliar pada 2024.
Di sisi lain, Perseroan juga berhasil mencatatkan pertumbuhan dari sisi aset. Pada 2023, aset lancar mencapai Rp129,74 miliar, tumbuh pesat 52,03 persen dari akhir 2022 sebesar Rp85,33 miliar. Di lain pihak, aset tidak lancar juga mencatatkan pertumbuhan meyakinkan hingga 108,02 persen menjadi Rp176,31 miliar pada 2023, dari akhir tahun sebelumnya Rp84,76 miliar.
Dengan demikian, total aset pada 2023 mencapai Rp306,05 miliar, meroket 79,93 persen dibandingkan dengan total aset Rp170,09 miliar pada 2022. Liabilitas jangka pendek pada 2023 tercatat Rp30,62 miliar, sedangkan liabilitas jangka panjang Rp62,36 miliar.
Meski demikian, Perseroan mengupayakan agar liabilitas jangka pendek dan jangka panjang akan turun pada 2024, masing masing menjadi Rp27,98 miliar dan Rp57,34 miliar.
Sejak berdiri tahun 1968, Perseroan menjadi salah satu pionir di industri TIC di Indonesia, bahkan menjadi perusahaan swasta pertama di industri TIC yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2023 dengan kode saham CRSN. Saat ini, CRSN memiliki lebih dari 1.021 anggota tim untuk mengembangkan bisnis yang tersebar di 20 kantor cabang dan 17 laboratorium di seluruh Indonesia.
"Pengalaman kami selama lebih dari 55 tahun berkarya, membuat kemampuan kami dalam hal pengetahuan pasar industri TIC, mitigasi risiko, penanganan terhadap isu teknikal dan non-teknikal serta solusi kepabeanan tak perlu diragukan lagi," ungkap Sheila.
Perseroan telah melakukan revitalisasi sejumlah laboratoriumnya, diantaranya di Samarinda, Kendari, Cikarang, Palembang, dan Pontianak. Selain itu, juga telah dilakukan relokasi 3 kantor cabang yang terletak di tiga kota, yaitu Jambi, Medan, dan Gresik. Adapun, fasilitas operasi yang saat ini tengah dikembangkan di tiga tempat, yaitu di Jakarta, Bogor dan Kolaka.
Sejumlah upaya dilakukan untuk mendukung ambisi pemerintah dalam melakukan transformasi ekonomi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan peluang bisnis Perseroan di tiga sektor. Sektor pertama adalah Green Economy termasuk didalamnya mengenai Climate Change Mitigation dan EV Ecosystem. Sektor selanjutnya adalah Blue Economy dan Energy Transition.
Beberapa peluang ekonomi hijau yang sedang dikembangkan Perseroan, di antaranya, yaitu environmental testing, carbon footprint, greenhouse gas (GHG) certification, dan carbon trading. Selain itu, terdapat peluang di rantai pasok bijih nikel, tes baterai kendaraan listrik, hingga kelistrikan hilir. Selanjutnya untuk sektor ekonomi biru, terdapat peluang dari bisnis marine infrastructure, maritime transport, dan dangerous goods.
Sedangkan untuk transisi energi, Perseroan telah menerapkan energy efficiency audit, UAV digital transformation, dan layanan terkait dengan biofuel, palm kernel shell dan Green Gold Label (GGL).
Pada bulan Februari 2024, Perseroan mengumumkan kerjasama Aliansi Strategis dengan National Battery Research Institute (NBRI) yang menandai kemajuan signifikan dalam kolaborasi kedua belah pihak untuk memperkuat posisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik (EV).
"Pendirian fasilitas pengujian baterai EV merupakan langkah penting dalam perjalanan kami menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk Indonesia," kata Sheila.
Fasilitas laboratorium bersama NBRI, dikatakan Sheila, merupakan representasi dari dedikasi kami terhadap keunggulan, inovasi, dan komitmen terhadap kesejahteraan lingkungan.
Kerjasama terkait pendirian dan operasional fasilitas pengujian baterai EV menjadi sebuah tonggak penting dalam upaya menuju mobilitas berkelanjutan dan kepemimpinan teknologi di sektor EV Indonesia. (TSA)